Maret 2018 - Raytecho -->
Latest Update
Fetching data...

Jumat, 02 Maret 2018

Contoh Memilih Makna Puisi


Menemukan Makna Puisi
Seorang pengarang puisi pastilah mempunyai maksud yang ingin disampaikan melalui puisi yang diciptakan. Maksud puisi sanggup berupa pesan atau amanat penulis kepada pembaca. Amanat yang ingin disampaikan oleh penyair itulah yang dimaksud makna puisi. Tentu saja, pesan itu boleh lebih dari satu.
Contoh puisi dan analisis makna puisi
Sajak Anak Muda

W. S. Rendra
Kita ialah angkatan gagap
yang diperanakkan oleh angkatan takabur.

Kita kurang pendidikan resmi
di dalam hal keadilan,
karena tidak diajarkan berpolitik,
dan tidak diajar dasar ilmu hukum

Kita melihat kabur langsung orang,
karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.
Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus,
karena tidak diajar filsafat atau logika.

Apakah kita tidak dimaksud
untuk mengerti itu semua?
Apakah kita hanya dipersiapkan
untuk menjadi alat saja?
inilah citra rata-rata
pemuda tamatan SLA,
pemuda menjelang dewasa.
Dasar pendidikan kita ialah kepatuhan.
Bukan pertukaran pikiran.
Ilmu sekolah ialah ilmu hafalan,
dan bukan ilmu latihan menguraikan.
Dasar keadilan di dalam pergaulan,
serta pengetahuan akan kelakuan manusia,
sebagai kelompok atau sebagai pribadi,
tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji.

Kenyataan di dunia menjadi remang-remang.
Gejala-gejala yang muncul kemudian lalang,
tidak sanggup kita hubung-hubungkan.

Kita murka pada diri sendiri
Kita sebal terhadap masa depan.
Lalu akhirnya,
menikmati masa terbelakang dan santai.

Di dalam kegagapan,
kita hanya sanggup membeli dan memakai
tanpa sanggup mencipta.

Kita tidak sanggup memimpin,
tetapi hanya sanggup berkuasa,
persis menyerupai bapak-bapak kita.

Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat.
Di sana belum dewasa memang disiapkan
Untuk menjadi alat dari industri.
Dan industri mereka berjalan tanpa berhenti.

Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa?
Kita hanya menjadi alat birokrasi!
Dan birokrasi menjadi berlebihan
tanpa kegunaan -
menjadi parasit di dahan.

Gelap. Pandanganku gelap.
Pendidikan tidak memberi pencerahan.
Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan

Gelap. Keluh kesahku gelap.
Orang yang hidup di dalam pengangguran.
Apakah yang terjadi di sekitarku ini?
Karena tidak sanggup kita tafsirkan,
lebih lezat kita lari ke dalam puisi ganja.

Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini?
Apakah ini? Apakah ini?

Ah, di dalam kemabukan,
wajah berdarah
akan terlihat sebagai bulan.

Mengapa harus kita terima hidup begini?
Seseorang berhak diberi ijazah dokter,
dianggap sebagai orang terpelajar,
tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan.

Dan kalau ada ada tirani merajalela,
ia membisu tidak bicara,
kerjanya cuma menyuntik saja.
Bagaimana? Apakah kita akan terus membisu saja.

Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum
dianggap sebagi bendera-bendera upacara,
sementara aturan dikhianati berulang kali.

Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi
dianggap bunga plastik,
sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi.

Kita berada di dalam pusaran tatawarna
yang abnormal dan tidak terbaca.
Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan.
Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan.

Dan kalau luput,
kita memukul dan mencakar
ke arah udara
Kita ialah angkatan gagap.
Yang diperanakan oleh angkatan kurangajar.

Daya hidup telah diganti oleh nafsu.
Pencerahan telah diganti oleh pembatasan.
Kita ialah angkatan yang berbahaya.

Pejambon, Jakarta, 23 Juni 1977
Sumber:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2017. Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA/SMK/MAK. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 
Read More

Kamis, 01 Maret 2018

Menemukan Tema Puisi


Menemukan Tema Puisi
Tema yakni wangsit dasar yang mendasari sebuah tulisan, termasuk puisi. Tema puisi menjadi inti dari makna atau pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Meskipun bahasa yang dipakai dalam puisi cenderung bermakna konotatif, tetapi tema puisi salah satunya sanggup dirunut dengan menggunakan kata-kata kunci dalam puisi tersebut. Tema puisi akan sangat memilih penyair dalam memiih kata-kata yang dipakai dalam puisinya.
Contoh 1
Aku Ingin
Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan instruksi yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Sumber: Hujan Bulan Juni, Kumpulan Puisi karya Sapardi Djoko Damono, 2001
Dalam puisi Aku Ingin karya Sapardi Djoko Damono, tema puisinya yakni ihwal cinta. Tema ini sanggup dengan gampang ditemukan alasannya yakni pengulangan kalimat “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana’ sebanyak dua kali.

Contoh 2
Sajak Anak Muda
W. S. Rendra
Kita yakni angkatan gagap
yang diperanakkan oleh angkatan takabur.

Kita kurang pendidikan resmi
di dalam hal keadilan,
karena tidak diajarkan berpolitik,
dan tidak diajar dasar ilmu hukum

Kita melihat kabur eksklusif orang,
karena tidak diajarkan kebatinan atau ilmu jiwa.
Kita tidak mengerti uraian pikiran lurus,
karena tidak diajar filsafat atau logika.

Apakah kita tidak dimaksud
untuk mengerti itu semua?
Apakah kita hanya dipersiapkan
untuk menjadi alat saja?
inilah citra rata-rata
pemuda tamatan SLA,
pemuda menjelang dewasa.
Dasar pendidikan kita yakni kepatuhan.
Bukan pertukaran pikiran.
Ilmu sekolah yakni ilmu hafalan,
dan bukan ilmu latihan menguraikan.
Dasar keadilan di dalam pergaulan,
serta pengetahuan akan kelakuan manusia,
sebagai kelompok atau sebagai pribadi,
tidak dianggap sebagai ilmu yang perlu dikaji dan diuji.

Kenyataan di dunia menjadi remang-remang.
Gejala-gejala yang muncul kemudian lalang,
tidak sanggup kita hubung-hubungkan.

Kita murka pada diri sendiri
Kita sebal terhadap masa depan.
Lalu akhirnya,
menikmati masa ndeso dan santai.

Di dalam kegagapan,
kita hanya sanggup membeli dan memakai
tanpa sanggup mencipta.

Kita tidak sanggup memimpin,
tetapi hanya sanggup berkuasa,
persis menyerupai bapak-bapak kita.

Pendidikan negeri ini berkiblat ke Barat.
Di sana belum dewasa memang disiapkan
Untuk menjadi alat dari industri.
Dan industri mereka berjalan tanpa berhenti.

Tetapi kita dipersiapkan menjadi alat apa?
Kita hanya menjadi alat birokrasi!
Dan birokrasi menjadi berlebihan
tanpa kegunaan -
menjadi parasit di dahan.

Gelap. Pandanganku gelap.
Pendidikan tidak memberi pencerahan.
Latihan-latihan tidak memberi pekerjaan

Gelap. Keluh kesahku gelap.
Orang yang hidup di dalam pengangguran.
Apakah yang terjadi di sekitarku ini?
Karena tidak sanggup kita tafsirkan,
lebih lezat kita lari ke dalam puisi ganja.

Apakah artinya tanda-tanda yang rumit ini?
Apakah ini? Apakah ini?

Ah, di dalam kemabukan,
wajah berdarah
akan terlihat sebagai bulan.

Mengapa harus kita terima hidup begini?
Seseorang berhak diberi ijazah dokter,
dianggap sebagai orang terpelajar,
tanpa diuji pengetahuannya akan keadilan.

Dan jikalau ada ada tirani merajalela,
ia membisu tidak bicara,
kerjanya cuma menyuntik saja.
Bagaimana? Apakah kita akan terus membisu saja.

Mahasiswa-mahasiswa ilmu hukum
dianggap sebagi bendera-bendera upacara,
sementara aturan dikhianati berulang kali.

Mahasiswa-mahasiswa ilmu ekonomi
dianggap bunga plastik,
sementara ada kebangkrutan dan banyak korupsi.

Kita berada di dalam pusaran tatawarna
yang absurd dan tidak terbaca.
Kita berada di dalam penjara kabut yang memabukkan.
Tangan kita menggapai untuk mencari pegangan.

Dan jikalau luput,
kita memukul dan mencakar
ke arah udara
Kita yakni angkatan gagap.
Yang diperanakan oleh angkatan kurangajar.

Daya hidup telah diganti oleh nafsu.
Pencerahan telah diganti oleh pembatasan.
Kita yakni angkatan yang berbahaya.

Pejambon, Jakarta, 23 Juni 1977
Tema puisi Sajak Anak Muda karya W.S. Rendra yakni pendidikan. Tema ini sanggup ditemukan dari penggunaan kata-kata yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan menyerupai ilmu hukum, filsafat, logika; serta istilah pendidikan menyerupai pendidikan, pengetahuan, sekolah, dan ujian.
Sumber: 
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2017. Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA/SMK/MAK. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Read More

Menentukan Suasana Dalam Puisi


Menentukan Suasana dalam Puisi 
Suasana yaitu keadaan jiwa pembaca sesudah membaca sebuah puisi. Dengan kata lain, suasana merupakan tanggapan psikologis yang ditimbulkan sebuah puisi terhadap pembaca. Suasana ialah keadaan jiwa pembaca sesudah membaca sebuah puisi .
Contoh
Aku Ingin
Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kode yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Sumber: Hujan Bulan Juni, Kumpulan Puisi karya Sapardi Djoko Damono, 2001
Puisi tersebut merupakan ungkapan cinta seseorang kepada kekasihnya. Ketika membaca puisi tersebut,  kita sanggup membayangkan bagaimana perasaan seseorang dikala kekasihnya menyatakan kerelaannya untuk berkorban, ibarat pengorbanan kayu kepada api,  bagaimana perasaan seseorang dikala sahabatnya menyatakan kesediaannya berkorban ibarat pengorbanan awan yang musnah demi menjadi hujan.
Setelah membaca puisi tersebut, siapa pun perempuan yang menjadi perempuan dari lelaki itu akan
mencicipi perasaan yang romantis, merasa disayangi, dan terlindungi. Perasaan sesudah membaca puisi itulah yang dinamakan suasana.
Sumber: 
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2017. Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA/SMK/MAK. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Read More