September 2019 - Raytecho -->
Latest Update
Fetching data...

Senin, 23 September 2019

Makalah Pendidikan Agama Islam Ihwal Jujur Membawa Hidup Penuh Berkah

Makalah Pendidikan Agama Islam Ihwal Jujur Membawa Hidup Penuh Berkah

MAKALAH
Pendidikan Agama Islam
Jujur Mambawa Hidup Penuh Berkah



D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

KELOMPOK ....
1.       ..........................................
2.       ..........................................
3.       ..........................................
4.       ..........................................
5.       ..........................................
6.       ..........................................
7.   ..........................................

SMA/SMK ............................................
TAHUN AJARAN 20....-20....

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Dengan menyebut nama Allah Subhana Wa Ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami sanggup menuntaskan makalah Pendidikan Agama Islam ini dengan sebuah pembahasan wacana “Jujur Membawa Hidup Penuh Berkah”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan pemberian dari banyak sekali pihak sehingga sanggup memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami memberikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada guru pembimbing pelajaran Pendidikan Agama Islam Yang terhormat Ibu ..............................., S.Ag. dimana atas bimbingan dia kami sanggup menuntaskan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh lantaran itu dengan tangan terbuka kami mendapatkan segala saran dan kritik dari pembaca semoga kami sanggup memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini sanggup memperlihatkan manfaat serta rujukan pembelajaran maupun pandangan gres terhadap pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Palembang,      September 2019



                                                                                                                  Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Jujur yakni sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan dunia akan hancur dan agama juga menjadi lemah di atas kebongan, khianat serta perbuatan curang. Karena mulianya orang yang jujur, baik di sisi Allah Subhana Wa Ta’ala maupun di sisi manusia, kejujuran harus ditegakkan meskipun berat dan susah. Ungkapan wacana “orang jujur akan hancur” merupakan keliru. Allah Subhana Wa Ta’ala menyifatkan diri-Nya dengan kejujuran.
Keujuran sanggup menciptakan hati kita nyaman dan tenteram. Ketika berkata jujur, tidak akan ada ketakutan yang mengikuti atau bahkan kekhawatiran wacana terungkapnya sesuatu yang tidak dikatakan. Akan tetapi, ketika ini kejujuran dalam penerapan kehidupan sehari-hari masih kurang ibarat sikap mencontek yang seolah lazim bagi bawah umur dibangku sekolah.
Jujur yakni sifat terpuji yang merupakan faktor terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama juga tidak bisa tegak diatas kebohongan, penghianatan serta perbuatan curang. Karena mulianya orang yang jujur, baik di sisi Allah maupun di sisi manusia, kejujuran harus ditegakkan meskipun berat dan susah.
Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan yang amat erat dengan para rosul dan orang-orang yang beriman. Sebagaimana Allah Subhana Wa Ta’ala telah berfirman dalam surat Az-zumar ayat 33-34 yang artinya: “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi tuhan mereka. Demikianlah jawaban orang-orang yang berbuat baik,”
Sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah Subhana Wa Ta’ala diatas bahwasannya jujur mempunyai kedudukan yang amat tinggi dimata Allah Subhana Wa Ta’ala, juga dalam pandangan islam serta dalam pandangan orang-orang beradab dan juga memperlihatkan manfaat luar biasa untuk diri sendiri. Karena kejujuran sanggup menciptakan hati kita nyaman dan tenteram. Ketika berkata jujur, tidak akan ada ketakutan yang mengikuti atau bahkan kekhawatiran wacana terungkapnya sesuatu yang tidak dikatakan.
Akan tetapi apabila kita lihat dan perhatikan wacana kehidupan sosial kini bahwa kejujuran sudah jarang ditanamkan pada jiwa dan abjad seseorang. Karena kejujuran sudah jarang diaplikasikan dan diterapkan pada kehidupan keseharian seseorang. Bahkan kini kebohongan, lawan dari kejujuran malah secara tidak eksklusif diajarkan kepada anak-anak. Seorang guru disekolah dengan terang-terangan mengajarkan anak didiknya untuk bebohong, membiarkan anak didiknya mencontek ketika ujian, bahkan yang sangat memprihatinkan yakni kini banyak sekolah-sekolah yang mengkoordinasi pembelian kunci jawaban atas para siswanya  sebagai jalan pintas dan  sebagai materi mencontek untuk menjawab soal ujian negara.  Karena itu dalam makalah ini saya akan mencoba membahas wacana kejujuran

B.        Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang problem di atas maka rumusan masalahnya yakni sebagai berikut:
1.       Seberapa penting dan utamanya berperilaku jujur ?
2.       Ada berapa macam bentuk kejujuran ?
3.       Apakah jawaban dari sikap berbohong ?
4.       Bagaimana nasihat dari sikap jujur ?

C.      Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yakni sebagai berikut :
1.       Menambah wawasan gres mengenai pentingnya sikap kejujuran dalam berprilaku.
2.       Menguatkan sifat kejujuran dengan didukung dengan ayat Al-Quran dan Hadits yang jelas.
3.       Melaksanakan kiprah makalah Pendidikan Agama Islam.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian
Dalam bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata “ash-shidqu” atau “shiddiq” yang artinya benar, sanggup dipercaya. Dengan kata lain, jujur yakni perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah). Jujur juga disebut dengan benar atau sesuai dengan kenyataan. Lawan kata ini yakni dusta, atau dalam bahasa Arab ”al-kadzibu”. Secara istilah, jujur atau ash-shidqu bermakna:
(1) kesesuaian antara ucapan dan perbuatan;
(2) kesesuaian antara gosip dan kenyataan;
(3) ketegasan dan kemantapan hati; dan
(4) sesuatu yang baik yang tidak dicampuri dengan kedustaan.
Jujur yakni sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan bergotong-royong dan apa adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus dimiliki oleh setiap manusia, karna sifat ini merupakan prinsip dasar dari cerminan ahlak seseorang. Bahkan jujur sanggup menjadi kepribadian sesorang atau bangsa, sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia.
Sikap jujur, merupakan salah satu fadhilah yang memilih status dan kemajuan perseorangan dan masyarakat. Menegakkan prinsip kejujuran yakni salah satu sendi kemaslahatan dalam kekerabatan antara insan dengan insan dan antara satu golongan dengan golongan yang lain. Dampak dari sifat jujur yakni mengakibatkan rasa berani, lantaran tidak ada orang yang merasa tertipu dengan sifat yang diberikan kepada orang lain dan bahkan orang merasa senang dan percaya terhadap pribadi orang yang jujur. Pepatah ada menyampaikan “berani lantaran benar, takut lantaran salah”.
Sifat Jujur tidak sanggup dimiliki dan dilaksanakan dengan baik dan tepat oleh orang yang tidak kukuh imannya. Orang beriman dan takwa, lantaran dorongan kepercayaan dan taqwanya itu merasa diri wajib selalu berbuat dan bersikap benar serta jujur. Orang yang mempunyai sifat jujur akan dikagumi dan dihormati banyak orang. Karena orang yang jujur selalu dipercaya orang untuk mengerjakan suatu yang penting. Hal ini disebabkan orang yang memberi kepercayaan tersebut akan merasa kondusif dan tenang.
Jujur yakni sikap yang tidak gampang untuk dilakukan kalau hati tidak benar-benar bersih. Namun sayangnya sifat yang luhur ini belakangan sangat jarang kita temui, kejujuran kini ini menjadi barang langka. Saat ini kita membutuhkan teladan yang jujur, teladan yang bisa diberi amanah umat dan menjalankan amanah yang diberikan dengan jujur dan sebaik-baiknya. Dan teladan yang paling baik, yang patut dicontoh kejujurannya yakni insan paling utama yaitu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Kejujuran yakni komplemen Rasulullah saw. dan orang-orang yang berilmu.

B.       Pentingnya Perilaku Jujur
Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran mempunyai kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan.
Syari’at Islam mengajarkan kepada umatnya untuk berbuat jujur dalam segala keadaan, walaupun secara lahir kejujuran tersebut akan merugikan diri sendiri. Allah Subhana Wa Ta’ala telah berfirman dalam Surat An-Nisaa Ayat 135 yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ بِٱلۡقِسۡطِ شُهَدَآءَ لِلَّهِ وَلَوۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمۡ أَوِ ٱلۡوَٰلِدَيۡنِ وَٱلۡأَقۡرَبِينَۚ إِن يَكُنۡ غَنِيًّا أَوۡ فَقِيرٗا فَٱللَّهُ أَوۡلَىٰ بِهِمَاۖ فَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلۡهَوَىٰٓ أَن تَعۡدِلُواْۚ وَإِن تَلۡوُۥٓاْ أَوۡ تُعۡرِضُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٗا( ١٣٥)
Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kau orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi lantaran Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kau mengikuti hawa nafsu lantaran ingin menyimpang dari kebenaran. Dan kalau kau memutar-balikan ( kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka bergotong-royong Allah yakni Maha Mengetahui segala apa yang kau kerjakan.” ( Q.S. An- Nisaa’ : 135 )
Allah Subhana Wa Ta’ala selalu memerintahkan kita untuk berlaku benar baik dalam perbuatan maupun ucapan, sebagaimana firman-Nya :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ( ١١٩)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kau bersama orang-orang yang benar” ( Q.S. At-Taubah : 119 )
Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagai sesorang yang melaksanakan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yan,g ada pada batinnya. Ketika berani mengatakan “tidak” untuk korupsi, maka ia harus berusaha menjauhi korupsi, bukan malah hanya menyampaikan tetapi ia sendiri melaksanakan korupsi. Kejujuran merupakan ciri-ciri orang beriman sedangkan lawannya dusta merupakan sifat orang yang munafik. Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam :
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. Dari Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Bersabda “Tanda orang munafik itu ada 3, yaitu : Apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya khianat.” (HR. Bukhari Muslim)
Allah Subhana Wa Ta’ala. Menegaskan bahwa tidak ada yang bermanfaat bagi seorang hamba dan yang bisa menyelamatkannya dari azab, kecuali kejujurannya (kebenarannya).
قَالَ ٱللَّهُ هَٰذَا يَوۡمُ يَنفَعُ ٱلصَّٰدِقِينَ صِدۡقُهُمۡۚ لَهُمۡ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ( ١١٩)
Artinya : “Allah berfirman: "Ini yakni suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka nirwana yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka infinit di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar" ( Q.S al-Maidah : 119 )

C.      Keutamaan Perilaku Jujur
Kedudukan sifat jujur sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat para nabi, yakni Nabi Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub, sebagaimana firman Allah Subhana Wa Ta’ala:
وَوَهَبۡنَا لَهُم مِّن رَّحۡمَتِنَا وَجَعَلۡنَا لَهُمۡ لِسَانَ صِدۡقٍ عَلِيّٗا( ٥٠)
Artinya : “Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi” ( Q.S. Maryam : 50 )

Dan Ismail dipuji lantaran jujur, sebagaimana firman Allah Subhana Wa Ta’ala :
وَٱذۡكُرۡ فِي ٱلۡكِتَٰبِ إِسۡمَٰعِيلَۚ إِنَّهُۥ كَانَصَادِقَ ٱلۡوَعۡدِ وَكَانَ رَسُولٗا نَّبِيّٗا( ٥٤)
Artinya : “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia yakni seorang yang benar janjinya, dan dia yakni seorang rasul dan nabi” ( Q.S Maryam : 54 )
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menganjurkan umatnya untuk selalu jujur. Karena kejujuran merupakan etika yang mulia yang akan mengarahkan pemiliknya kepada kebajikan, sebagaimana dijelaskan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Artinya : “ Dari Abdullah ibn Mas’ud, dari Rasulullah saw. Bersabda. “Sesungguhnya jujur itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga…” ( HR. Bukhari )
Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran mempunyai kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan. Orang jujur akan dipermudah rezeki dan segala urusannya. Contoh yang perlu diteladani, lantaran kejujurannya, Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Di percaya oleh Siti Khadijah untuk membawa barang dagangan lebih banyak lagi. Ini artinya  Nabi Muhammad saw akan mendapatkan laba lebih besar lagi dan tentu saja apa yang dilakukan Nabi akan menerima kemudahan.
Sebaliknya, orang yang tidak jujur atau bohong akan dipersulit rezeki dan segala urusannya. Orang yang pernah berbohong akan terus berbohong lantaran untuk menutupi kebohongan yang diperbuat, dia harus berbuat kebohongan lagi. Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang lain tidak percaya. Jujur menciptakan hati kita tenang, sedangkan berbohong menciptakan hati menjadi was-was, kegundahan hati dan kekhawatiran yang bertumpuk-tummpuk beresiko menjadi penyakit.

D.       Macam-Macam Sifat Jujur
Kita seakan gres mengenal kata dan sifat mulia, “jujur”. Entah lantaran seringnya berdusta dan kebohongan oleh sikap kita sendiri ataukah lantaran seringnya kita dibohongi sehingga kita menjadi heboh dengan “kejujuran.” Padahal, melaksanakan dan mengucapkan kebenaran telah diajarakan dalam Al-qur'an. Melaksanakan dan melafalkan dengan penuh kejujuran telah diungkap oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Padahal, mengamalkan dan melontarkan kebenaran telah disinggung oleh para Ulama".
Para Ulama berkata, “Langkah awal kejujuran itu yakni menjauhi dusta di semua ucapan. Kejujuran menjadi pintu masuk dalam perbuatan, niat, kenyataan hidup, dan di semua lini kedudukan.” Jujur bukan hanya dalam perkataan, namun kejujuran juga dinilai mulai dari niat seseorang, perbuatan, bahkan pikiran seseorang. Imam Al-Ghazali menyebut ada Lima macam sifat jujur sebagai berikut :
1.    Shidq Al-Qalbi (Jujur dalam niat dan kehendak), yaitu motivasi bagi setiap gerak dan langkah seseorang dalam rangka menaati perintah Allah Subhana Wa Ta’ala, dan ingin mencapai ridha-Nya. Jujur bergotong-royong berbeda dengan akal-akalan jujur berarti tidak nrimo dalam berbuat. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Bersabda,
Artinya : “Ingatlah, dalam badan itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan sepakat seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah qalbu (hati).” (HR. Bukhari)
2.   Shidq Al-Hadits (Jujur dalam ucapan), yaitu memberikan, yaitu memperlihatkan sesuatu sesuai dengan realitas yang terjadi, kecuali untuk kemaslahatan yang dibenarkan oleh syari’at ibarat dalam kondisi perang, mendamaikan dua orang yang bersengketa, dan, semisalnya. Setiap hamba berkewajiban menjaga lisannya, yakni berbicara jujur dan, dianjurkan menghindari kata-kata sindiran Karena hal itu sepadan dengan kebohongan, kecuali kalau sangat diharapkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu, tidak berkata kecuali dengan benar dan jujur. Benar/jujur dalam ucapan merupakan jenis kejujuran yang paling tampak dan terang diantara macam-macam kejujuran.
3.   Shidq Al-Amal (Jujur dalam perbuatan), yaitu seimbang antara lahiriah dan batiniah hingga tidaklah berbeda antara amal lahir dan amal batin. Jujur dalam perbuatan ini juga berarti melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan yang di ridhai Allah Subhana Wa Ta’ala, dan melaksanakannya secara terus-menerus dan ikhlas. Orang jujur tentu akan sejalan dengan semua kebaikan dan sebagai penegak segala kebagusan, sedangkan kebaikan itu yakni jalan menuju ke syurga, bahkan kebajikan itu sebagai kunci masuk syurkan, kunci tersebut tak lain untuk membuka syurga, sebagaimana firman Allah Surah Mutaffifin ayat 22-26 :
إِنَّ ٱلۡأَبۡرَارَ لَفِي نَعِيمٍ (٢٢)  عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِ يَنظُرُونَ (٢٣) تَعۡرِفُ فِي وُجُوهِهِمۡ نَضۡرَةَ ٱلنَّعِيمِ( ٢٤)  يُسۡقَوۡنَ مِن رَّحِيقٖ مَّخۡتُومٍ( ٢٥) خِتَٰمُهُۥ مِسۡكٞۚ وَفِي ذَٰلِكَ فَلۡيَتَنَافَسِ ٱلۡمُتَنَٰفِسُونَ( ٢٦)
Artinya : “Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga). mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.  Kamu sanggup mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya). layaknya yakni kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (Q.S Al-Mutoffifin : 22-26)
4.     Shidq Al-Wa’d (Jujur bila berjanji), komitmen menciptakan kita selalu berharap. Janji yang benar menciptakan kita bahagia. Janji palsu menciptakan kita selalu was-was. Maka janganlah memperbanyak komitmen (namun tidak ditepati) lantaran Allah Subhana Wa Ta’ala, sangat membenci oran-orang yang selalu mengingkari janji. Sebagaimana dalam firman-Nya .
وَأَوۡفُواْ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّمۡ وَلَا تَنقُضُواْ ٱلۡأَيۡمَٰنَ بَعۡدَ تَوۡكِيدِهَا وَقَدۡ جَعَلۡتُمُ ٱللَّهَ عَلَيۡكُمۡ كَفِيلًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا تَفۡعَلُونَ( ٩١)
Artinya : “Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kau berjanji dan janganlah kau membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sehabis meneguhkannya, sedang kau telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kau perbuat” (Q.S. An-Nahl : 91)
وَلَا تَقۡرَبُواْ مَالَ ٱلۡيَتِيمِ إِلَّا بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ حَتَّىٰ يَبۡلُغَ أَشُدَّهُۥۚ وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِۖ إِنَّ ٱلۡعَهۡدَ كَانَ مَسۡ‍ُٔولٗا( ٣٤)
Artinya : “Dan janganlah kau mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) hingga ia cukup umur dan penuhilah janji; bergotong-royong komitmen itu pasti diminta pertanggungan jawabnya” (Q.S. Al-Israa : 34)
5.      Shidq Al-Haal (Jujur dalam kenyataan). Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk kedalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak hidup berada dibahawah bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup sesuai dengan keadaan diri kita sendiri.

E.       Petaka Kebohongan
Betapa berbahayanya sebuah kebohongan, kebohongan akan mengantarkan pelakunya tidak dipercaya lagi oleh orang lain. Ketika seseorang sudah berani menutupi kebenaran, bahkan menyelewengkan kebenaran untuk tujuan jahat, ia telah melaksanakan kebohongan. Kebohongan yang dilakukannya itu telah membawa kepada apa yang telah dikhianatinya itu.
فَمَنۡ حَآجَّكَ فِيهِ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ فَقُلۡ تَعَالَوۡاْ نَدۡعُ أَبۡنَآءَنَا وَأَبۡنَآءَكُمۡ وَنِسَآءَنَا وَنِسَآءَكُمۡ وَأَنفُسَنَا وَأَنفُسَكُمۡ ثُمَّ نَبۡتَهِلۡ فَنَجۡعَل لَّعۡنَتَ ٱللَّهِ عَلَى ٱلۡكَٰذِبِينَ( ٦١)
Artinya : “Siapa yang membantahmu wacana kisah Isa sehabis tiba ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya): "Marilah kita memanggil bawah umur kami dan bawah umur kamu, isteri-isteri kami dan isteri-isteri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” (Q.S Ali-Imran : 61)
وَمَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَغُلَّۚ وَمَن يَغۡلُلۡ يَأۡتِ بِمَا غَلَّ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۚ ثُمَّ تُوَفَّىٰ كُلُّ نَفۡسٖ مَّا كَسَبَتۡ وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ( ١٦١)
Artinya : “Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka pada hari selesai zaman ia akan tiba membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan wacana apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya” ( Q.S Ali-Imran : 161 )
Dalam hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengingatkan :
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra., dia berkata ; Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam., bersabda, “Akan tiba kepada insan tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan, sedangkan orang yang  jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya, sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada ketika itu, Ruwaibidhah berbicara.” Beliau menjawab, “Orang kurang pintar yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ (٢) كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ( ٣)
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kau menyampaikan sesuatu yang tidak kau kerjakan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kau menyampaikan apa-apa yang tidak kau kerjakan” (Q.S. Ash-Shaff : 2-3)
Syaikh Muhammad al-Ghazali mengatakan, bahwa menjaga amanah ialah menunaikan dengan baik terhadap hak-hak Allah Subhana Wa Ta’ala. Dan hak-hak insan tanpa terpengaruh oleh perubahan keadaan, baik susah maupun senang.

F.       Hikmah Perilaku Jujur
Beberapa nasihat yang sanggup dipetik dari sikap jujur, antara lain sebagai berikut :
1.    Perasaan yummy dan hati tenang, jujur akan menciptakan kita menjadi tenang, tidak takut akan diketahui kebohongannya lantaran memang tidak berbohong.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ( ٢٨)
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (Q.S. Ar-Ra’d : 28)
2.   Mendapat pahala ibarat pahala orang syahid di jalan Allah Subhana Wa Ta’ala. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “Barang siapa meminta mati syahid dengan jujur, maka Allah akan mengantarkannya ke dalam golongan orang-orang syahid, walaupun ia mati di atas kasurnya.’’ (HR Muslim) .
3.      Mendapat fasilitas dalam hidupnya.
4.    Selamat dari azab dan bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan tetapi pada kesannya ia akan selamat dari banyak sekali bahaya. Rasulullah SAW telah bersabda, ‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR Ibnu Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu’tamir). Dan dalam firman Allah Subhana Wa Ta’ala pun menjelaskan :
۞فَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّن كَذَبَ عَلَى ٱللَّهِ وَكَذَّبَ بِٱلصِّدۡقِ إِذۡ جَآءَهُۥٓۚ أَلَيۡسَ فِي جَهَنَّمَ مَثۡوٗى لِّلۡكَٰفِرِينَ( ٣٢) وَٱلَّذِي جَآءَ بِٱلصِّدۡقِ وَصَدَّقَ بِهِۦٓ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ( ٣٣) لَهُم مَّا يَشَآءُونَ عِندَ رَبِّهِمۡۚ ذَٰلِكَ جَزَآءُ ٱلۡمُحۡسِنِينَ( ٣٤) لِيُكَفِّرَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ أَسۡوَأَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ وَيَجۡزِيَهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ ٱلَّذِي كَانُواْ يَعۡمَلُونَ( ٣٥)
Artinya : “Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika tiba kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia daerah tinggal bagi orang-orang yang kafir. Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah jawaban orang-orang yang berbuat baik. Agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling jelek yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (Q.S. az-Zumar : 32-35)
5.      Dicintai oleh Allah Subhana Wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, ‘’Jika engkau ingin dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, maka tunaikanlah kalau engkau diberi amanah, jujurlah kalau engkau bicara, dan berbuat sepakat terhadap orang sekelilingmu.’’ (HR Ath-Thabrani). Demikianlah, jujur penting sekali, terutama di masa ketika segala aspek kehidupan dipenuhi kepalsuan dan dusta. Di manapun berada, kejujuran harus di atas segalanya. Jujur yakni simbol profesionalisme kerja dan inti dari kebaikan hati nurani seseorang.
6.     Selamat dari bahaya. Orang yang jujur walaupun pertama-tama ia merasa berat akan tetapi pada kesannya ia akan selamat dari banyak sekali bahaya. Rasulullah SAW telah bersabda, ‘’Berperangailah selalu dengan kejujuran! Jika engkau melihatnya jujur itu mencelakakan maka pada hakikatnya ia merupakan keselamatan.’’ (HR Ibnu Abi Ad-Dunya dari riwayat Manshur bin Mu’tamir).
7.    Dijamin masuk surga, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW, “Berikanlah kepadaku enam kasus pasti saya akan jamin engkau masuk surga: jujurlah kalau engkau bicara, tepatilah kalau engkau berjanji, tunaikanlah kalau engkau diberi amanat, jagalah kemaluanmu, tundukkan pandanganmu, dan jagalah tanganmu.’’ (HR Ahmad dari riwayat ‘Ubadah bin Ash-Shamit).


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Jujur yakni sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan bergotong-royong dan apa adanya, tidak ditambahi ataupun dikurangi. Sifat jujur harus dimiliki oleh setiap manusia, karna sifat ini merupakan prinsip dasar dari cerminan ahlak seseorang. Bahkan jujur sanggup menjadi kepribadian sesorang atau bangsa, sehingga kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia.
Perilaku jujur mendatangkan banyak manfaat bagi kita yang melaksanaknnnya. Dan Allah Swt. Pun telah menjelaskan kewajiban berperilaku jujur dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an maupun dalam Hadis Rasulullah Saw.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah banyak mencontohkan sikap-sikap teladan melalui perbuatannya. Sehingga kita sebagai umatnya harus menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari kita juga.

B.       Saran
Perilaku jujur sangat penting bagi kehidupan kita dalam banyak sekali aspek sehingga sikap jujur wajib menjadi sikap setiap orang. Berdasarkan pembahasan sebelumnya, kita sanggup menciptakan beberapa solusi sebagai perubahan sikap kita, diantaranya:
1.      Menanamkan pentingnya sikap jujur
2.      Senantiasa melaksanakan kejujuran dimanapun dan kapanpun
3.      Mempertahankan kejujuran dalam keadaan apapun
Dengan melaksanakan Kejujuran kita akan mencicipi kasih dan Ridha Allah Subhana Wa Ta’ala. karna bergotong-royong Allah Subhana Wa Ta’ala, Mencintai orang-orang yang jujur.


DAFTAR PUSTAKA

dannyferdiansyah.blogspot.co.id/2013/11/makalah-tentang-kejujuran.html?m=1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.1991
homeworkapw.blogspot.co.id/2013/09/makalah-sifat-terpuji-jujur_6860.html?m=1
Kementrian Pendidikan dan, Kebudayaan. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Jakarta. 2014
ukhuwahislah.blogspot.co.id/2013/10/makalah-jujur-da,lam-perkataan-dan.html?m=1
https://raytecho.blogspot.com//search?q=03/26/
http://arianivelofa.blogspot.com/2015/12/makalah-pendidikan-agam-islam
https://raytecho.blogspot.com//search?q=03/26/
http://arianivelofa.blogspot.com/2015/12/makalah-pendidikan-agam-islam

Read More