Januari 2018 - Raytecho -->
Latest Update
Fetching data...

Selasa, 30 Januari 2018

Langkah-Langkah Menulis Karya Ilmiah


LANGKAH-LANGKAH MENULIS KARYA ILMIAH

Untuk menulis karya ilmiah yang baik, langkah-langkah yang harus kita tempuh yaitu sebagai berikut.

A. Menentukan Topik
Langkah awal menulis sebuah karya ilmiah yaitu memilih topik. Langkah awal itu lebih tepatnya disebut sebagai penentuan duduk masalah apabila jika karya ilmiah yang akan ditulis itu berupa laporan hasil penelitian.
Baik itu berupa topik ataupun rumusan masalah, hal-hal yang harus diperhatikan pada langkah ini yaitu topik/masalah itu haruslah:
1) menarik perhatian penulis
2) dikuasai penulis
3) menarik dan aktual
4) ruang lingkupnya terbatas

b. Membuat Kerangka Tulisan
Langkah ini penting dilakukan untuk mengakibatkan goresan pena kita tersusun secara lebih sistematis. Langkah ini juga sangat membantu di dalam penelusuran sumber-sumber yang diharapkan di dalam pengembangannya.
Berikut contohnya
Peranan Pemuda dalam Pembangunan
1. Pendahuluan
Peranan cowok dalam sejarah usaha bangsa:
a. Pemuda pada masa prakemerdekaan
b. Pemuda di zaman kemerdekaan
c. Pemuda di masa pembangunan
2. Pembahasan
a. Potensi cowok sebagai modal dasar pembangunan bangsa
b. Sektorsektor pemangunan yang sanggup diisi oleh pemuda
c. Faktor penunjang dan kendala:
1) hambatan psikologis,
2) hambatan sosial,
3) hambatan ekonomi;
3. Penutup
Kerangka tersebut dikembangkan dari topik “Peranan Pemuda dalam Pembangunan”. 
Sesuai dengan struktur umum karya ilmiah, topik itu pun kemudian dikembangkan ke dalam tiga bagian: pendahluan, pembahasan, dan penutup. 
Dengan kerangka ibarat itu, kita sanggup memetakan bahasan-bahasan yang dianggap relevan dengan topik yang akan dibahas. Kerangka itu pun membantu kita untuk nencari sumber-sumber
yang diperlukan. Berdaskan kerangka itu, misalnya, kita perlu data ataupun teori perihal potensi-potensi cowok dan sektor-sektor pembangunan. Selain itu, kita pun perlu sumber-sumber berkenaan dengan faktor penunjang dan kendala-kendala dalam implementasi peranan cowok dalam pembangunan.
C. Mengumpulkan Bahan
Langkah ini sangat penting di dalam menyusun sebuah karya ilmiah. Berbeda dengan menulis fksi yang sanggup saja menurut imajinasi, karya ilmiah tidaklah demikian. Agar goresan pena itu tidak
kering, kita memerlukan sejumlah teori dan data yang mendukung terhadap topik itu. Bahan-bahan yang dimaksud sanggup bersumber dari buku, jurnal ilmiah, surat kabar, internet, dan sumber-sumber lainnya.
Adapun data itu sendiri sanggup diperoleh melalui acara observasi, wawancara, angket, dan teknik-teknik pengumpulan data alainnya. 
D. Pengembangan Kerangka menjadi Teks yang Utuh dan Lengkap
Kerangka yang telah dibentuk kita kembangkan menurut teori dan data yang telah kita persiapkan sebelumnya. Langkah pengembangan tersbut harus pula memerhatikan kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku pada penulisan karya ilmiah.


Bahan Belajar Kelas XI Semester 2 Bahasa Indonesia (SMA/MA/SMK/MAK)

Teks Karya Ilmiah

1.      Struktur Teks Karya Ilmiah
2.      Aspek Kebahasaan Teks Karya Ilmiah


3.      Langkah-Langkah Menulis Teks Karya Ilmiah


Read More

Aspek Atau Ciri Kebahasaan Teks Karya Ilmiah



ASPEK KEBAHASAAN KARYA ILMIAH 
Ciri kebahasaan atau aspek kebahasaan karya ilmiah sanggup dijelaskan sebagai berikut. 
1.      Karya ilmiah ditandai oleh pilihan kata yang bersifat impersonal. Hal ini berbeda dengan teks lain yang bersifat nonilmiah, semacam novel ataupun cerpen yang pengarangnya sanggup ber-aku, kamu, dan dia. Kata ganti yang dipakai dalam karya ilmiah harus bersifat umum, misalnya, penulis, atau peneliti.
Dalam hal ini penulis dihentikan menyatakan proses pengumpulan data dengan kalimat ibarat “Saya bermaksud mengumpulkan data dengan mengunakan kuesioner”. Kalimat yang harus digunakan, yakni “Di dalam mengumpulkan data penelitian ini, penulis memakai kuesioner.”
Dalam kalimat tersebut kata ganti saya diganti penulis, atau sanggup juga peneliti. Cara lain dengan menyatakannya dalam kalimat pasif, misalnya, “Di dalam penelitian ini, dipakai kuesioner. Di dalam kalimat tersebut, subjek penelitian dinyatakan secara tersurat. Dalam komunikasi ilmiah, memang penulis dibutuhkan sering mempergunakan kalimat pasif ibarat pola di atas.

2.      Karya ilmiah menghindari penggunaan kata dan kalimat yang bermakna ganda. Karya ilmiah mensyaratkan ragam yang memperlihatkan keajegan dan kepastian makna. Dengan kata lain, bahasa yang digunakannya itu harus reproduktif. Artinya, apabila penulis memberikan informasi, misalnya, yang bermakna X, pembacanya pun harus memahami gosip itu dengan makna X pula. Infomasi X yang dibaca harus merupakan reproduksi yang benar-benar sama dari gosip X yang ditulis.

3.      Ragam bahasa yang dipakai karya ilmiah harus lugas dan bermakna denotatif. Makna yang terkandung dalam kata-katanya harus diungkapkan secara eksplisit untuk mencegah timbulnya pinjaman makna yang lain.

4.      Dalam karya ilmiah banyak terdapat defnisi atau batasan dari kata atau istilah-istilah yang digunakan. Misalnya, kalau dalam karya itu dipakai kata ibarat frasa atau klausa, maka penulis itu harus terlebih dahulu menjelaskan arti kedua kata itu sebelum ia melaksanakan pembahasan yang lebih jauh. Hal tersebut penting dilakukan untuk menyamakan persepsi antara penulis dengan pembaca atau untuk menghindari tumbulnya pemaknaan lain oleh pembaca terhadap maksud kedua kata itu.

Makna Denotasi dan konotasi
Makna denotasi yakni makna kata yang tidak mengalami perubahan, sesuai dengan konsep asalnya. Makna denotasi disebut juga makna lugas. Kata itu tidak mengalami penambahan-penambahan makna.

Adapun makna konotasi adalah makna yang telah mengalami penambahan. Tambahan-tambahan itu menurut perasaan atau pikiran seseorang terhadap suatu hal.Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh-contoh lain dalam tabel di bawah ini!

Sumber:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2017. Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK.. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bahan Belajar Kelas XI Semester 2 Bahasa Indonesia (SMA/MA/SMK/MAK)

Teks Karya Ilmiah

1.      Struktur Teks Karya Ilmiah
2.      Aspek Kebahasaan Teks Karya Ilmiah


3.      Langkah-Langkah Menulis Teks Karya Ilmiah



.


Read More

Senin, 29 Januari 2018

Struktur Teks Karya Ilmiah


STRUKTUR TEKS KARYA ILMIAH
Karya ilmiah sanggup ditulis dalam banyak sekali bentuk penyajian. Masing-masing bentuk itu berbeda dalam hal kelengkapan strukturnya. Secara umum, bentuk penyajian karya ilmiah terbagi ke dalam tiga jenis.
a. Bentuk Populer
Karya ilmiah bentuk ini sering disebut karya ilmiah populer. Bentuknya manasuka. Karya ilmiah bentuk ini sanggup diungkapkan dalam bentuk karya ringkas. Ragam bahasanya bersifat santai populer). Karya ilmiah pupuler umumnya dijumpai dalam media massa, mirip koran atau majalah. Istilah terkenal dipakai untuk menyatakan topik yang akrab, menyenangkan bagi populus (rakyat) atau disukai oleh orang kebanyakan sebab gayanya yang menarik dan bahasanya gampang dipahami. Kalimat-kalimatnya sederhana, lancar, namun tidak berupa senda gurau dan tidak pula bersifat fantasi (rekaan).

b. Bentuk Semiformal
Secara garis besar, karya ilmiah bentuk ini terdiri atas:
a. halaman judul,
b. kata pengantar,
c. dafar isi,
d. pendahuluan,
e. pembahasan,
f. kesimpulan, dan
g. dafar pustaka.
Bentuk karya ilmiah semacam itu, umumnya dipakai dalam banyak sekali jenis laporan biasa dan makalah.

c. Bentuk Formal
Karya ilmiah bentuk formal disusun dengan memenuhi unsur-unsur kelengkapan akademis secara lengkap, mirip dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Unsur-unsur karya ilmiah bentuk formal, meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Judul
b. Tim pembimbing
c. Kata pengantar
d. Abstrak
e. Dafar isi
f. Bab pendahuluan
g. Bab telaah kepustakaan/kerangka teoritis
h. Bab Metode penelitian
i. Bab Pembahasan hasil penelitian
j. Bab Kesimpulan dan rekomendasi
k. Dafar pustaka
l. Lampiran-lampiran
m. Riwayat hidup


Beberapa potongan penting dari struktur karya ilmiah diuraikan sebagai berikut.
1. Judul
Judul dalam karya ilmiah dirumuskan dalam satu frasa yang terperinci dan lengkap. Judul mencerminkan hubungan antarvariabel. Istilah hubungan di sini tidak selalu memiliki makna korelasional, kausalitas, ataupun determinatif. Judul juga mencerminkan dan konsistensi dengan ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, subjek penelitian, dan metode penelitian.




Dari judul di atas, sanggup diketahui bahwa:
1) perkara yang diteliti : kegiatan pergaulan dan prestasi mencar ilmu siswa
2) ruang lingkung penelitian : kecerdasan emosi dan intelektual siswa
3) tujuan penelitian : mengetahui ada tidaknya hubungan antara kegiatan pergaulan dengan
prestasi mencar ilmu siswa
4) subjek penelitian : siswa Sekolah Menengan Atas Labschool UPI Bandung
5) meotde penelitian : deskriptif-komparatif
Penulisan judul sanggup dilakukan dua cara. Pertama, dengan memakai karakter kapital semua kecuali pada anak judulnya; kedua, dengan memakai karakter kecil kecuali huruf-huruf pertamanya. Apabila cara yang kedua yang akan digunakan, maka kata-kata penggabung, mirip dengan dan tentang serta kata-kata depan seperti di, dari, dan ke huruf pertamanya dilarang memakai karakter kapital. Di tamat judul dilarang memakai tanda baca apapun,
termasuk titik ataupun koma.
2. Pendahuluan
Pada karya ilmiah formal, potongan pendahuluan meliputi latar belakang masalah, identifkasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau keguanaan penelitian. Selain itu, sanggup pula dilengkapi dengan defnisi operasional
dan sistematika penulisan.
a. Latar Belakang Masalah
Uraian pada latar belakang perkara dimaksudkan untuk menjelaskan alasan timbulnya perkara dan pentingnya untuk dibahas, baik itu dari segi pengembangan ilmu, kemasyarakatan, ataupun dalam kaitan dengan kehidupan pada umumnya. 
b. Perumusan Masalah
Masalah yaitu segala sesuatu yang dianggap perlu pemecahan oleh penulis, yang pada umumnya ditanyakan dalam bentuk pertanyaan mengapa, bagaimana. Berangkat dari pertanyaan itulah, penulis menganggap perlu untuk melaksanakan langkah-langkah pemecahan, contohnya melalui penelitian. Masalah itu pula yang nantinya menjadi fokus pembahasan di dalam karya ilmiah tersebut.
c. Tujuan (Penulisan Karya Ilmiah)
Tujuan merupakan pernyataan mengenai fokus pembahasan di dalam penulisan karya ilmiah tersebut; menurut perkara yang telah dirumuskan. Dengan demikian, tujuan harus sesuai dengan perkara pada karya ilmiah itu.
d. Manfaat
Perlu diyakinkan pula kepada pembaca perihal manfaat atau kegunaan dari penulisan karya ilmiah. Misalnya untuk pengembangan suatu bidang ilmu ataupun untuk pihak atau lembaga-lembaga tertentu.
3. kerangka Teoretis
Kerangka teoretis disebut juga kajian pustaka, atau teori landasan. Tercakup pula di dalam potongan ini yaitu kerangka pedoman dan hipotesis. Kerangka teoretis dimulai dengan mengidentifkasi dan mengkaji banyak sekali teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan
hipotesis.
Di samping itu, dalam kerangka teoretis perlu dilakukan pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan para penulis terdahulu. Hal ini penting dilakukan guna menambah dan memperoleh wawasan ataupun pengetahuan baru, yang telah ada sebelumnya. Di
samping akan menghindari adanya duplikasi yang sia-sia, langkah ini juga akan menawarkan prespektif yang lebih terperinci mengenai hakikat dan kegunaan penelitian itu dalam perkembangan ilmu secara keseluruhan.
4. Metodologi Penelitian
Dalam karya tulis yang merupakan hasil penelitian, perlu dicantumkan pula potongan yang disebut dengan metode penelitian.Metodologi penelitian diartikan sebagai mekanisme atau tahap-tahap
penelitian, mulai dari persiapan, penentuan sumber data, pengolahan, hingga dengan pelaporannya.
Setiap penelitian memiliki metode penelitian masing-masing, yang umumnya bergantung pada tujuan penelitian itu sendiri. Metode-metode penelitian yang dimaksud, misalnya, sebagai berikut.
a. Metode deskriptif, yakni metode penelitian yang bertujuan hanya menggambarkan fakta-fakta secara apa adanya, tanpa adanya perlakukan apapun. Data yang dimaksud sanggup berupa fakta yang bersifat kuantiatif (statistika) ataupun fakta kualitatif.
b. Metode eksperimen, yakni metode penelitian bertujuan untuk memperoleh citra atas suatu tanda-tanda sehabis mendapat perlakuan.
c. Metode penelitian kelas, yakni metode penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki persoalan-persoalan yang terjadi pada kelas tertentu, contohnya perihal motivasi belajar, prestasi mencar ilmu siswa dalam kompetensi dasar tertentu.
5. Pembahasan
Bagian ini berisi paparan perihal isi pokok karya ilmiah, terkait dengan rumusan masalah/tujuan penulisan yang dikemukakan pada potongan pendahuluan. Data yang diperoleh melalui hasil pengamatan, wawancara, dan sebagainya itu dibahas dengan banyak sekali sudut pandang;
diperkuat oleh teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Sekiranya diperlukan, pembahasan sanggup dilengkapi dengan banyak sekali sarana pembantu mirip tabel dan grafk. Sarana-sarana pembantu tersebut diharapkan untuk menjelaskan pernyataan ataupun data. Tabel dan grafk merupakan cara efektif dalam menyajikan data dan informasi. Sajian data dan informasi lebih gampang dibaca dan disimpulkan. Penyajian informasi dengan tabel dan grafk memang
lebih sistematis dan lebih yummy dibaca, gampang dipahami, serta lebih menarik daripada penyajian secara verbal.
Penulis perlu memakai argumen-argumen yang telah dikemukakan dalam kerangka teoretis. Pembahasan data sanggup diibaratkan dengan sebuah pisau daging. Apabila pisau itu tajam, akan
baik pula lah keratan-keratan daging yang dihasilkannya. Namun, apabila tumpul, keratan daging itu akan acak-acakan, penuh cacat. Demikian pula halnya dengan pembahasan data. Apabila argumen-argumen yang dikemukakan penulis lemah dan data yang digunakannya tidak lengkap,
pemecahan masalahnyapun akan jauh dari yang diharapkan.
6. Simpulan dan Saran
Simpulan merupakan pemaknaan kembali atau sebagai sintesis dari keseluruhan unsur penulsan karya ilmiah. Simpulan merupakan potongan dari simpul perkara (pendahuluan), kerangka teoretis yang tercakup di dalamnya, hipotesis, metododologi penelitian, dan temuan penelitian.
Simpulan merupakan kajian terpadu dengan meletakkan banyak sekali unsur penelitian secara menyeluruh. Untuk itu, perlu diuraikan kembali secara ringkas pernyataan-pernyataan pokok dari unsur-unsur di atas dengan meletakannya dalam kerangka pikir yang mengarah kepada
simpulan.
Berdasarkan hal tersebut seorang peneliti harus pula melihat banyak sekali implikasi yang ditimbulkan oleh kesimpulan penelitian. Implikasi tersebut umpamanya berupa pengembangan ilmu pengetahuan, kegunaan yang bersifat mudah dalam penyusunan kebijakan. Halhal tersebut kemudian dituangkan ke dalam potongan yang disebut rekomendasi atau saran-saran.
7. Dafar Pustaka

Dafar pustaka memuat semua kepustakaan yang dipakai sebagai landasan dalam karya ilmiah, baik sumber tertulis, baik itu yang berupa buku, artikel jurnal, dokumen resmi, atau sumber-sumber lain dari internet. Semua sumber tertulis atau tercetak yang tercantum di dalam
karya ilmiah harus dicantumkan di dalam dafar pustaka. Sebaliknya, sumber-sumber yang pernah dibaca oleh penulis, tetapi tidak dipakai di dalam penulisan karya ilmiah itu, dilarang dicantumkan di dalam dafar pustaka.
Cara menulis dafar pustaka berurutan secara alfabetis, tanpa memakai nomor urut. Sumber tertulis/tercetak yang memerlukan banyak daerah lebih dari satu baris, ditulis dengan satu spasi; sedangkan jarak antara sumber yang satu dengan yang lainnya yaitu dua spasi. Susunan penulisan dafar pustaka: nama yang disusun di balik; tahun terbit; judul pustaka; kota terbit; dan penerbit.

Sumber: 
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2017. Bahasa Indonesia Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK.. Edisi Revisi Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


Bahan Belajar Kelas XI Semester 2 Bahasa Indonesia (SMA/MA/SMK/MAK)

Teks Karya Ilmiah

1.      Struktur Teks Karya Ilmiah
2.      Aspek Kebahasaan Teks Karya Ilmiah


3.      Langkah-Langkah Menulis Teks Karya Ilmiah


Read More

Jumat, 12 Januari 2018

Struktur Dan Ciri Kebahasaan Teks Tawaran





CONTOH ANALISIS STRUKTUR DAN CIRI KEBAHASAAN TEKS PROPOSAL

Baca Juga







4. Pengertian, Jenis, dan Fungsi Teks Resensi/Ulasan 


5. Struktur dan Ciri Kebahasaan Teks Resensi/Ulasan 

6. Contoh Analisis Struktur, dan Aspek Kebahasaan Teks Resensi/Ulasan
30 HARI MENJADI ANAK NELAYAN : KAJIAN TENTANG KEHIDUPAN SOSIAL KELUARGA NELAYAN DI DESA MUARA-BINUANGEUN, KECAMATAN WANASALAM, LEBAK - BANTEN

A.  PENDAHULUAN

     Latar Belakang

     Desa Muara-Binuangeun merupakan desa nelayan  yang terletak di pantai selatan pulau Jawa, tepatnya di Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Desa ini tidak hanya mempunyai potensi alam, tetapi juga keragaman sosial budaya yang dikembangkan oleh masyarakat desa tersebut. Kehidupan nelayan di Desa Muara-Binuangeun sanggup dikatakan tidak saja belum berkecukupan, melainkan juga masih terbelakang, termasuk dalam hal pendidikan. Keterbatasan sosial yang dialami nelayan memang tidak terwujud dalam bentuk keterasingan, lantaran secara fisik masyarakat nelayan tidak sanggup dikatakan terisolasi atau terasing. Namun lebih terwujud pada ketidakmampuan mereka dalam mengambil pecahan dalam kegiatan ekonomi pasar secara menguntungkan, yang ditunjukkan oleh lemahnya mereka menyebarkan organisasii keluar lingkungan kerabat mereka atau komunitas lokal.

     Gambaran kondisi kemiskinan nelayan Desa Muara-Binuangeun antara lain secara faktual sanggup dilihat dari kondisi fisik berupa kualitas pemukiman mereka. Umumnya desa nelayan miskin akan gampang diidentifikasi dari kondisi rumah hunian mereka. Rumah-rumah mereka yang umumnya sangat sederhana, yaitu berdinding bambu, berlantai tanah, serta dengan fasilitas dan keterbatasan perabot rumah tangga. Selain citra fisik, identifikasi lain yang menonjol di kalangan nelayan miskin ialah rendahnya tingkat pendidikan anak-anak, contoh konsumsi sehari-hari, dan tingkat pendapatan mereka. Di desa nelayan ini memang ada beberapa rumah yang tampak megah dengan fasilitas yang memadai, itulah yang merupakan rumah-rumah pemilik perahu, pedagang mediator atau pedagang ikan.

     Kondisi keterbatasan sosial dan kemiskinan yang diderita masyarakat nelayan Desa Muara-Binuangeun disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks. Faktor-faktor tersebut tidak hanya berkaitan dengan fluktuasi demam isu ikan, keterbatasan sumber daya manusia, keterbatasan modal, kurangnya akses, dan jaringan perdagangan ikan yang cenderung eksploitatif terhadap nelayan sebagai produsen, serta dampak negatif modernisasi perikanan yang mendorong terkurasnya sumber daya maritim secara cepat dan berlebihan, serta terbatasnya peluang dan kesempatan nelayan untuk melaksanakan diverisifikasi pekerjaan, terutama di luar kegiatan pencarian ikan di laut.

     Hal inilah yang kemudian menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut, yaitu mengenai bagaimana kehidupan sosial-budaya dan kehidupan sosial-ekonomi keluarga nelayan pada lokasi penelitian yaitu Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Maka dari itu, penulis mencoba memperlihatkan citra tersebut dengan melaksanakan penelitian yang berjudul “30 Hari Menjadi Anak Nelayan : Kajian Tentang Kehidupan Sosial Keluarga Nelayan di Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Lebak – Banten”.

     Rumusan Masalah

     Penelitian ini memfokuskan pada kajian perihal “kehidupan sosial keluarga nelayan” di pecahan selatan Provinsi Banten, tepatnya pada keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Persoalan pokok yang hendak dikaji di dalam penelitian ini ialah “bagaimanakah konteks dan aspek-aspek sosial-budaya masyarakat setempat secara resiprokal berkaitan/berpengaruh pada acara ekonomi nelayan tradisional setempat, serta bagaimanakah struktur perekonomian masyarakat setempat dibangun dan dikembangkan atas dasar kehidupan sosial-budaya mereka”.

     Kemudian dengan mengacu pada problem pokok diatas, maka masalah-masalah yang menarik untuk dikaji lebih lanjut ialah :

     1.    Bagaimanakah kehidupan sosial-budaya keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun?

     2.    Bagaimanakah kehidupan sosial-ekonomi keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun?

     Tujuan Penelitian

     Berdasarkan rumusan kasus di atas, maka info yang akan dicari untuk menjawab rumusan kasus tersebut antara lain ialah konteks dan aspek-aspek sosial-budaya keluarga nelayan yang terdapat di wilayah penelitian, dan mengidentifikasi keberkaitan dan atau keberpengaruhan secara resiprokal dari konteks dan aspek-aspek sosial-budaya setempat pada acara perekonomian masyarakat nelayan di Desa Muara-Binuangeun.

     Untuk mengetahui hal tersebut, maka tujuan dari mengkaji permasalahan di atas ialah :

     1.    Untuk mengidentifikasi dan mengetahui kehidupan sosial-budaya keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun.

     2.    Untuk mengidentifikasi dan mengetahui kehidupan sosial-ekonomi keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun.

Manfaat Penelitian

Kajian perihal kehidupan sosial keluarga nelayan ini diharapkan sanggup bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah:

     1.    Bagi peneliti : sanggup menganalisis bagaimana kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun.

     2.    Bagi akademisi : sanggup dijadikan sebagai sumber info ataupun acuan materi perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Disamping itu juga sanggup menambah khasanah ilmu pengetahuan untuk yang membacanya.

     3.    Bagi masyarakat : penelitian ini diharapkan akan berkontribusi dalam memperlihatkan info dan pemahaman mengenai kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun.

     4.    Bagi pemerintah : penelitian ini sanggup dijadikan info yang diharapkan sanggup menghipnotis pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan pembangunan.


B.  KAJIAN TEORI

     Sistem Sosial dan Ekonomi Masyarakat Nelayan

     Sebagaian besar nelayan yang ada di Indonesia tergolong nelayan tradisional dan buruh nelayan (Kusnadi, 2007:1). Posisi sebagai nelayan tradisonal dan buruh nelayan ini menciptakan mereka menjadi sebagai masyarakat yang mempunyai susukan terbatas terhadap Sumber Daya Perairan (SDP) dan masih dikendalikan oleh nelayan besar. Misalnya saja nelayan besar yang menggunakan teknologi gres menciptakan nelayan tradisional kesulitan dalam menangkap ikan dan buruh nelayan yang bekerja pada nelayan besar, seolah dibentuk tidak bisa lepas dari kekuasaan nelayan besar tersebut. Hal inilah yang kemudian menjadi kasus sosial-ekonomi yang sulit diselesaikan oleh para nelayan di Indonesia. Salah satu implikasinya ialah kemiskinan.

     Satria (2009b: 25) menggambarkan posisi nelayan di Indonesia dalam sebuah tabel dibawah ini:

       Tabel 1 Kondisi Umum Masyarakat Pesisir Di Indonesia Tahun 2002.

No.
Kondisi Mastarakat Pesisir
Jumlah
1.
Desa Pesisir
8.090 desa
2.
Masyarakat Pesisir
-       Nelayan
-       Pembudidaya
-       Masyarakat Pesisir Lainnya
16. 420.000 jiwa
 4.015.320 jiwa
 2.671.400 jiwa
 9.733.280 jiwa
3.
Prosentase yang hidup dibawah garis kemiskinan 932,14%)
5.254.400 jiwa

     Sumber : DKP (2007)

Didalam bukunya yang lain, Satria (2009a: 336), menyebutkan bahwa secara sosiologis karakteristik masyarakat nelayan  berbeda dengan karakteristik masyarakat petani dalam pengelolaan atau dalam memanfaatkan lahan untuk mencari nafkah. Nelayan menghadapi sumber daya yang tidak terkontrol dimana pada ketika hasil tangakapan berkurang, maka nelayan tersebut harus mencari lahan baru. Artinya ialah nelayan lebih dipengaruhi oleh kondisi alam dan produktifitas mereka mencari  nafkah. Sementara masyarakat petani sanggup mengontrol atau berada pada lahan yang terkontrol. Pada ketika penghasilan mulai berkurang petani sanggup melaksanakan perjuangan peningkatan lahan melalui intensifikasi pertanian, mekanisasi pertanian, dan sebagainya dalam satu lahan yang sama.

Secara garis besar, merujuk pada klarifikasi sebelumnya kemiskinan pada masyarakat nelayan sanggup di klasifikasikan menjadi tiga berdasarkan faktor penyebabnya yaitu kemiskinan struktural, kemiskinan kultural dan kemiskinan alamiah. Kemiskinan struktural ialah kemiskinan yang disebabkan oleh struktur sosial, ekonomi dan sistem politik yang tidak aman dan selalu berubah – ubah seiring perubahan yang terjadi pada sistem pemerintahan. Kemiskinan kultural lebih banyak disebabkan oleh faktor kebudayaan masyarakat contohnya kemalasan, sifat konsumtif, berfikir fatalistik, dan sebagainya sehingga kondisi masyarakat cenderung lemah. Sedangkan kemiskinan alamiah ialah kemiskinan yang disebabkan oleh kondisi alam yang tidak sanggup dikontrol  dan sumber daya alam yang terbatas untuk dimanfaatkan oleh masyarakat nelayan (Satria, 2009:25). Ketiga jenis kemiskinan ini saling berkaitan satu sama lain. Ketiga jenis kemisikinan ini pulalah yang menimbulkan “sistem  patron-klien” dalam sistem contoh nafkah nelayan hingga ketika ini berkembang dengan baik. Dimana sistem patron-klien ini bukan memperlihatkan kesejahteraan, malah memperburuk keadaan nelayan.

Sistem mata pencaharian masyarakat nelayan yang umumnya tertuju pada sektor perikanan laut, memaksa mereka selalu selaras dengan alam. Dimana kondisi ini mengakibatkan para nelayan bergantung dan dipengaruhi oleh alam. Karakteristik inilah yang kemudian berimplikasi pada tingkat pendapatan dan resiko yang mungkin bisa terjadi ketika penangkapan ikan di laut. Untuk mengantisipaasi kasus tersebut, maka jaringan atau korelasi patron-klien yang sangat kuat, beragam, dan meliputi semua segi ekonomi masyarakat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat nelayan. Relasi patron-klien ini lebih kuat kalau dibandingkan dengan masyarakat lain diluar nelayan (Kusnadi, 2007: 9).

Relasi patron-klien ini juga berkembang lantaran hingga dengan ketika ini nelayan masih belum menemukan lembaga/institusi yang bisa menjamin dan bisa mengakomodasi kebutuhan sosial-ekonomi nelayan. Satria (2009a), mengutip kembali legg (1983) dalam Masyhuri (1999), mengungkapkan bahwa korelasi patron-klien secara umum berkaitan dengan:

     “ 1.Hubungan diantara pelaku yang menguasai sumber daya tidak sama.

     2.Hubungan yang bersifat khusus merupakan korelasi pribadi yang mengandung  kekerabatan.

     3.Hubungan yang didasarkan atas asas saling menguntungkan.”

Masalah kemiskinan ini menjadi akar permasalah dari banyak sekali permasalahan yang timbul pada masyarakat nelayan. Sehingga pembangunan yang dikembangkan pada nelayan disamping harus menyentuh aspek-aspek kelestarian  lingkungan, juga harus melihat bagaimana menuntaskan fenomena kemiskinan masyarakat nelayan. Disamping model pembangunan itu harus berangkat dari kearifan lokal yang dimiliki masyarakat nelayan.

C.  METODOLOGI  PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian perihal kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun ini merupakan penelitian sosial dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah mekanisme pemecahan kasus yang diselidiki dengan menggambarkan/ melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada ketika kini berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari Namawi, 1998:63).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pemilihan metode ini didasarkan pada jenis data yang ingin diperoleh yaitu data kualitatif. Disamping itu, untuk mengetahui citra kehidupan sosial keluarga nelayan baik kehidupan sosial-budaya maupun sosial-ekonomi di Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten dengan mengacu pada rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka metode kualitatif dianggap paling cocok untuk digunakan dalam penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ialah data sekunder dan data primer. Data sekunder yang diharapkan merupakan dokumen yang terkait dengan karakteristik masyarakat di lokasi penelitian, menyerupai data dari pemerintah setempat. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pemerintah desa Muara-Binuangeun berupa data profil desa, sumber daya yang dimiliki oleh desa, luas dan batas-batas desa, serta sarana yang dimiliki oleh desa. Sedangkan data primer diperoleh melalui pendekatan kualitatif, yaitu dengan wawancara mendalam (in depth interview) dengan informan atau narasumber. Teknik yang kedua ialah observasi partisipasi dimana peneliti tinggal di tiga keluarga yang merupakan subyek penelitian selama 30 hari dan terlibat dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan, sehingga sanggup melihat dan mencicipi apa yang terjadi di lapangan untuk selanjutnya sanggup mendeskripsikan hasil dari observasi yang dilakukan. Kemudian teknik yang ketiga ialah dokumentasi melalui foto-foto di lapangan. Sementara teknik yang keempat yaitu teknik triangulasi yang dilakukan/digunakan pada ketika data yang diperoleh terkesan simpang siur atau validitas dan kredibilitasnya diragukan.

Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara porposive (sengaja) dengan beberapa pertimbangan diantaranya ialah penelitian ini merupakan penelitian perihal kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun yang merupakan salah satu desa nelayan di Kabupaten Lebak, Banten. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari ahad kedua Juni 2010 hingga dengan ahad keempat Oktober 2010. Adapun jadwal kegiatan sanggup dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2 Jadwal Kegiatan Penelitian

No
Jenis Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
1.     
Menentukan judul penelitian
Juni ahad ke-2
2.     
Menyusun Rumusan Masalah
Juni ahad ke-2
3.     
Mencari Data Pendukung
Juni ahad ke-2-3
4.     
Menyusun Metode Penelitian
Juni ahad ke-3
5.     
Penyusunan Proposal Penelitian
Juni ahad ke-4 – Juli ahad ke-1
6.     
Evaluasi
Juli ahad ke-1
7.     
Pengajuan Proposal Penelitian
Juli ahad ke-2
8.     
Menyusun panduan pertanyan  untuk studi awal
Juli ahad ke-3
9.     
Terjun lapangan pertama (Observasi Awal)
Juli ahad ke-4
10.           
Analisis data dan evaluasi
Agustus ahad ke-1-2
11.           
Menyusun panduan pertanyaan untuk observasi
Agustus ahad ke-3
12.           
Persiapan Observasi dan Pengumpulan data
Agustus ahad ke-4
13.           
Observasi dan Pengumpulan Data
September ahad ke-1-3
14.           
Analisis Data
September ahad ke-4
15.           
Evaluasi
Oktober ahad ke-1
16.           
Pengetikan Karya Tulis
Oktober ahad ke-2
17.           
Evaluasi
Oktober ahad ke-3
18.           
Penyempurnaan Karya Tulis
Oktober ahad ke-4


Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian pada awalnya ialah peneliti sendiri kemudian sehabis fokus penelitian menjadi jelas, peneliti menyebarkan instrumen lain menyerupai foto untuk dokumentasi, panduan pertanyaan pengarah, catatan harian dan sarana untuk pengetikan. Dengan instrumen sederhana ini, diharapkan sanggup mempertajam dan melengkapi data yang diperoleh di lapangan.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini diadaptasi dengan metode penelitian yang digunakan, yaitu penelitian kualitatif. Analisis data ini mengikuti konsep Miles and Huberman dan Spradley. Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2009: 91), mengemukakan bahwa analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus dengan selesai sehingga data yang diperoleh bersifat jenuh. Aktifitas dalam analisis data ini diantaranya ialah data reduction, data display, dan data conclusion drawing/verification.

Pada ketika turun lapang pertama, diperoleh data yang bermacam-macam dan tidak tersusun dengan benar. Data tersebut tetap dikumpulkan dan dikoleksi sebanyak-banyaknya. Kemudian data yang beranekaragam dan terkumpul secara tidak beraturan tersebut direduksi. Setelah dilakukan reduksi data, selanjutnya data tersebut dijabarkan satu persatu berdasarkan kebutuhan data penelitian dan diurutkan secara sistematis sehingga akan lebih gampang dipahami dan akan menentukan arah penelitian selanjutnya. Tahap ini biasanya disebut dengan tahap penentuan fokus penelitian, aktifitasnya ialah dengan mendisplaykan data sehingga diperoleh citra umum fokus penelitian yang akan dikaji lebih dalam. Setelah fokus penelitian ini menjadi lebih jelas, maka penelitian dilanjutkan berdasarkan fokus penelitian tadi. Data-datanyapun terfokus pada aspek yang menjadi fokus penelitian.

Tahap selanjutnya yaitu tahap selection, aktifitas analisis data pada tahap ini menciptakan suatu kesimpulan dari data yang diperoleh, menentukan data yang diperlukan, menciptakan kategorisasi data yang diharapkan dan membuang data yang tidak dipakai. Aktifitasnya biasa disebut dengan conclusion drawing/veryfying. Berikut ini ialah gambar aktifitas analisis data berdasarkan Miles and Huberman.


 A.  REFERENSI

     Garna, Judistira K. 1999. Metoda Penelitian : Pendekatan Kualitatif. Bandung: Primaco Akademika

     Kusnadi. 2007. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. Jember : Tim Pemberdayaan Masyarakat Pesisir (PSKP).

     Masyhuri dan Mochammad Nadjib. 2000. Pemberdayaan Nelayan Tertinggal : Sebuah Uji Model Penanganan Kemiskinan. Jakarta : Puslitbang Ekonomi dan Pembangunan – LIPI.

     Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

     Satria, Arif. 2009a. Ekologi Politik Nelayan. Yogyakarta : LKIS.

________. 2009b. Pesisir dan Laut Untuk Rakyat. Bogor : IPB Press.

     Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta.


  

A STRUKTUR TEKS PROPOSAL

Sistematika teks proposal penelitian ialah sebagai berikut.

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah

D. Rumusan Masalah

E. Manfaat Penelitian

BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESISA.

A. Kajian Teoretis

B. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN.

A. Tujuan Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian

C. Metode Penelitian

D. Populasi, Sampel, dan Sampling

E. Teknik Pengumpulan Data

F. Teknik Analisis Data

G. Hipotesis Statistik

DAFTAR PUSTAKA

No
Bagian
Isi informasi
1
Judul
Kajian Tentang Kehidupan Sosial Keluarga Nelayan di Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Lebak - Banten
2
Latar Belakang
Kondisi keterbatasan sosial dan kemiskinan yang diderita masyarakat nelayan Desa Muara-Binuangeun disebabkan oleh faktor-faktor yang kompleks.
3
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kehidupan sosial-budaya keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun?
2.    Bagaimanakah kehidupan sosial-ekonomi keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun?
4
Tujuan Penelitian
1.    Untuk mengidentifikasi dan mengetahui kehidupan sosial-budaya keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun.
2.    Untuk mengidentifikasi dan mengetahui kehidupan sosial-ekonomi keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun.

5
Manfaat Penelitian

1.    Bagi peneliti : sanggup menganalisis bagaimana kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun.
2.    Bagi akademisi : sanggup dijadikan sebagai sumber info ataupun acuan materi perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Disamping itu juga sanggup menambah khasanah ilmu pengetahuan untuk yang membacanya.
3.    Bagi masyarakat : diharapkan akan berkontribusi dalam memperlihatkan info dan pemahaman mengenai kehidupan sosial keluarga nelayan di Desa Muara-Binuangeun.
4.    Bagi pemerintah : sanggup dijadikan info yang diharapkan sanggup menghipnotis pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan pembangunan.
 6
Kajian Teori
Sebagaian besar nelayan yang ada di Indonesia tergolong nelayan tradisional dan buruh nelayan (Kusnadi, 2007:1). Posisi sebagai nelayan tradisonal dan buruh nelayan ini menciptakan mereka menjadi sebagai masyarakat yang mempunyai susukan terbatas terhadap Sumber Daya Perairan (SDP) dan masih dikendalikan oleh nelayan besar.
 7
Jenis Penelitian
Penelitian sosial dengan jenis penelitian deskriptif
 8
Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
 9
Teknik Pengumpulan Data
1.    wawancara mendalam (in depth interview) dengan informan atau narasumber.
2.    Observasi partisipasi
3.    teknik yang ketiga ialah dokumentasi melalui foto-foto di lapangan. Sementara
4.    teknik yang keempat yaitu teknik triangulasi yang dilakukan/digunakan pada ketika data yang diperoleh terkesan simpang siur atau validitas dan kredibilitasnya diragukan.

 10
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Muara-Binuangeun, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten
minggu kedua Juni 2010 hingga dengan ahad keempat Oktober 2010.
 11
Instrumen Penelitian
Panduan pertanyaan pengarah, catatan harian
 12
Teknik Analisis Data

Data reduction, data display, dan data conclusion drawing/verification.
 13
Referensi
Sumber penulisan



A.  ASPEK KEBAHASAAN TEKS PROPOSAL

     Fitur-fitur kebahasaan yang menjadi penanda proposal adalah sebagai berikut.

1.    Banyak meggunakan istilah ilmiah, baik berkenaan dengan kegitan itu sendiri ataupun perihal istilah-istilah berkaitan dengan bidang keilmuannya..

Istilah kegiatan (penelitian)
Istilah keilmuan (kelautan)
    abstrak
analisis data
hipotesis
instrumen
latar belakang
metode penelitian
pegolahan data
penelitian lapagan
pengumpulan data
populasi
sampel
teknik penelitian
pantai
nelayan
perahu
musim ikan
laut
nelayan tradisional
buruh nelayan
nelayan besar
desa Pesisir
sistem  patron-klien




2. Banyak menggunakan kata kerja tindakan yang menyatakan langkah-langkah kegiatan (metode penelitian). Kata-kata yang dimaksud, misalnya, menentukan,  menyusun, mencari , mengembangkan, melengkapi

3. Menggunakan kata-kata yang menyatakan pendefnisan, yang ditandai oleh penggunaan kata merupakan, adalah, yaitu, yakni.

4. Menggunakan kata-kata yang bermakna perincian, menyerupai selain itu, pertama, kedua, ketiga.

5. Menggunakan kata-kata yang bersifat “keakanan”, menyerupai akan, diharapkan, direncanakan. Hal itu sesuai dengan sifat proposal itu sendiri sebagai suatu usulan, rencana, atau rancangan acara kegiatan.

6. Menggunakan kata-kata bermakna lugas (denotatif). Hal ini penting guna menghindari kesalahan pemahaman antara pihak pengusul dengan pihak tertuju/penerima proposal.
Read More