Makalah Pendidikan Agama Islam Ihwal Qadha Dan Qodar
MAKALAH
Pendidikan Agama Islam
“Qadha dan Qodar”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK ....
1. ..........................................
2. ..........................................
3. ..........................................
4. ..........................................
5. ..........................................
6. ..........................................
7. ..........................................
Kelas : .................
Guru Pembimbing : .............................
SMA/SMK ............................................
TAHUN AJARAN 20....-20....
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami. Sehingga kami sanggup menuntaskan makalah AL-Islam ini dengan sebuah pembahasan wacana “Penginderaan Jauh”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan derma dari banyak sekali pihak sehingga sanggup memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami memberikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Serta ucapan terima kasih kepada guru pembimbing pelajaran AL-Islam yang terhormat Ibu Sutriati, S.Pd. dimana atas bimbingan dia kami sanggup menuntaskan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami mendapatkan segala saran dan kritik dari pembaca supaya kami sanggup memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini sanggup menawarkan manfaat serta referensi pembelajaran maupun inpirasi terhadap pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Palembang, Nopember 2019
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan (tetapkan) dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semua peristiwa yang telah terjadi ialah kehendak dan kuasa Allah Subhana Wa Ta’ala. Begitu pula dengan bencana-bencana yang akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah longsor, banjir, badai dan bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa kita ialah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah Subhana Wa Ta’ala. Dengan bekal keyakinan terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah Subhana Wa Ta’ala, seorang mukmin tidak pernah mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri dengan apa-apa yang telah diberikan Allah Subhana Wa Ta’ala.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. Dengan tidak adanya pengetahuan wacana ketetapan dan ketentuan Allah ini, maka kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh-muslih, dan berusaha keras untuk menggapai impian tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat Rabbul’alamin dan menjadi penghuni Surga.
Keimanan seorang mukmin yang benar harus meliputi enam rukun. Yang terakhir ialah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir sanggup berakibat fatal, mengakibatkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait persoalan takdir ini.
B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang persoalan di atas maka rumusan masalahnya dari penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kepercayaan qadha’ dan qadar?
2. Takdir dibagi menjadi berapa macam?
3. Apa fungsi beriman kepada qada’dan qadar Allah Subhana Wa Ta’ala?
4. Bagaimana ciri – ciri orang yang beriman kepada qadha’ dan qadar?
5. Bagaimana nasihat bagi orang yang beriman kepada qadha’ dan qadar?
C. Tujuan Makalah
Dari rumusan persoalan diatas maka tujuan dari penyusunan makalah ini ialah sebagai berikut:
1. Untuk memahami kepercayaan kepada qadha’ dan qadar
2. Untuk memahami dan mengetahui macam-macam takdir
3. Untuk memahami fungsi kepercayaan kepada qada’ dan qadar Allah Subhana Wa Ta’ala
4. Untuk mengetahui ciri-ciri orang yang beriman kepada qadha’ dan qadar
5. Untuk mengetahui nasihat bagi orang yang beriman kepada qadha’ dan qadar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman Kepada Qadha’ dan Qadar
Keimanan seorang mukmin yang benar harus meliputi enam rukun. Yang terakhir ialah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir sanggup berakibat fatal, mengakibatkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait persoalan takdir ini. Semoga paparan ringkas ini sanggup membantu kita untuk memahami keimanan yang benar terhadap takdir Allah. Wallahul musta’an.
a. Qadha’ dan Qadar
Dalam pembahasan takdir, kita sering mendengar istilah qodho’ dan qodar. Dua istilah yang serupa tapi tak sama. Mempunyai makna yang sama jikalau disebut salah satunya, namun mempunyai makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan. Jika disebutkan qadha’ saja maka meliputi makna qadar, demikian pula sebaliknya. Namun jikalau disebutkan bersamaan, maka qadha’ maknanya ialah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan terhadap sesuatu. Sedangkan qodar maknanya ialah sesuatu yang telah ditentukan Allah semenjak zaman azali, dengan demikian qadar ada lebih dulu kemudian disusul dengan qadha’.
Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha ialah ketetapan Allah semenjak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya wacana segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar, arti qadar berdasarkan bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun berdasarkan Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan ridah-Nya. Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah membuat segala sesuatu, dan Dia memutuskan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (QS .Al-Furqan ayat 2).
b. Definisi qadha’ dan qadar serta kaitan di antara keduanya
1. Qadar
Qadar, berdasarkan bahasa yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan adakalanya abjad daal-nya disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris berkata, “Qadara: qaaf, daal dan raa’ ialah ash-sha-hiih yang memperlihatkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar adalah: akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu akhirnya. Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu, dan aqduruhu dari at-taqdiir.”
Qadar (yang diberi harakat pada abjad daal-nya) ialah: Qadha’ (kepastian) dan hukum, yaitu apa-apa yang telah ditentukan Allah Azza wa Jalla dari qadha’ (kepastian) dan hukum-hukum dalam banyak sekali kasus Takdir adalah: Merenungkan dan memikirkan untuk menyamakan sesuatu. Qadar itu sama dengan Qadr, semuanya bentuk jama’nya ialah Aqdaar. Qadar, berdasarkan istilah ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk, sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki oleh hikmah-Nya. Atau: Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan, dari apa-apa yang terjadi sampai simpulan masa. Dan bahwa Allah Azza wa Jalla telah memilih ketentuan para makhluk dan hal-hal yang akan terjadi, sebelum diciptakan semenjak zaman azali.
Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat tertentu pula, maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya. Atau: Ilmu Allah, catatan (takdir)-Nya terhadap segala sesuatu, kehendak-Nya dan penciptaan-Nya terhadap segala sesuatu tersebut.
2. Qadha’
Qadha’, berdasarkan bahasa ialah: Hukum, ciptaan, kepastian dan penjelasan. Asal (makna)nya adalah: Memutuskan, memilih sesuatu, mengukuhkannya, menjalankannya dan menyelesaikannya. Maknanya ialah mencipta.
c. Kaitan Antara Qadha’ dan Qadar
Dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir, dan yang dimaksud dengan qadha’ ialah penciptaan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
“Maka Dia menjadikannya tujuh langit… .” [Fushshilat: 12]
Yakni, membuat semua itu.
Qadha’ dan qadar ialah dua kasus yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari yang lainnya, karena salah satunya berkedudukan sebagai pondasi, yaitu qadar, dan yang lainnya berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qadha’. Barangsiapa bermaksud untuk memisahkan di antara keduanya, maka dia bermaksud menghancurkan dan merobohkan bangunan tersebut
Dikatakan pula sebaliknya, bahwa qadha’ ialah ilmu Allah yang terdahulu, yang dengannya Allah memutuskan semenjak azali. Sedangkan qadar ialah terjadinya penciptaan sesuai timbangan kasus yang telah ditentukan sebelumnya. Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama mengatakan, ‘Qadha’ ialah ketentuan yang bersifat umum dan global semenjak zaman azali, sedangkan qadar ialah bagian-bagian dan perincian-perincian dari ketentuan tersebut.”
Dikatakan, jikalau keduanya berhimpun, maka keduanya berbeda, di mana masing-masing dari keduanya mempunyai pengertian sebagaimana yang telah diutarakan dalam dua pendapat sebelumnya, dimana jikalau salah satu dari kedunya disebutkan sendirian, maka yang lainnya masuk di dalam (pengertian)nya.
d. Hubungan antara Qadha’ dan Qadar
Pada uraian wacana pengertian qadha’ dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha’ dan qadar selalu berafiliasi bersahabat . Qadha’ ialah ketentuan, aturan atau rencana Allah semenjak zaman azali. Qadar ialah kenyataan dari ketentuan atau aturan Allah. Kaprikornus kekerabatan antara qadha qadar menyerupai rencana dan perbuatan.
Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut:
Artinya ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”
B. Macam-Macam Takdir Allah
1. Taqdir muallaq yaitu qada dan qadarnya Allah yang masih digantungkan pada perjuangan atau ikhtiar manusia. Suatu referensi seseorang ingin kaya, pintar, sehat dan lain-lain ini harus melalui proses perjuangan untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu yang mustahil semuanya itu diperoleh tanpa adanya ikhtiar. Sebagaimana firman Allah swt berikut :
Artinya : “Dan bahwasannya seseorang itu tidak memperoleh selain apa yang diusahakan. Dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya, kemudian akan diberi jawaban yang paling sempurna”. (QS. An- Najm [53] : 39-40)
Artinya : “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan (nasib) suatu bangsa sehingga bangsa itu mau mengubah keadaan (nasib) yang ada pada mereka sendiri”. (QS. Ar- Ra’du [13] : 11)
Contoh :
1) Miskin bisa jadi kaya, karena bekerja keras
Allah berfirman :
Artinya : “Dan katakanlah (hai Muhammad) : Bekerjalah kau semua, maka Allah dan Rasulnya serta orang mukmin akan melihat hasil pekerjaanmu.’ (At- Taubah ayat 105)
2) Bodoh menjadi pintar, karena mau berguru giat
Rasullulah SAW bersabda yang artinya : “Belajarlah kau sekalian, ajarkanlah bertawakal kau kepada guru, serta lemah lembutlah kau kepada murid.” (H.R. Tabrani)
3) Orang sakit bisa menjadi sembuh, karena berobat dan berdoa
Allah berfirman :
Artinya : “Berdoalah kau kepada-Ku pasti Aku akan mengabulkan permohonanmu.” (Al-Mu’minun ayat 60)
2. Taqdir mubrom yaitu qada dan qadarnya Allah swt yang sudah tidak sanggup diubah lagi oleh manusia, walau ada ikhtiar dan tawakkal. Sebagaimana firman Allah swt berikut :
Artinya : “Dan tiap-tiap umat memiliki. Maka apabila telah tiba waktunya mereka tidak sanggup mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak sanggup pula memajukannya”. (QS. Surat Al- A’raf [7] : 34)
Semua yang kau lakukan selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah swt, karena Allah swt ialah zat yang mengatur dan memilih segala sesuatunya. Sebagaimana firman Allah swt berikut:
Artinya : “Dan hanya kepada Allah hendaknya kau bertawakkal, jikalau kau benar-benar orang yang beriman”. (QS. Al- Maidah [5] : 23).
Contohnya nasib manusia, lahir, kematian, jodoh, rizkinya, dan terjadinya simpulan zaman dan sebagainya. Qada’ & qadar Allah Subhana Wa Ta’ala yang berafiliasi dengan nasib insan ialah belakang layar Allah Subhana Wa Ta’ala, hanya Allah Subhana Wa Ta’ala yang mengetahuinya. Manusia diperintahkan mengetahui qada’dan qadarnya melalui perjuangan dan ikhtiar. Kapan insan lahir, bagaimana statusnya sosialnya, bagaimana rizkinya ,siapa anak istrinya,dan kapanya meninggalnya,adalah belakang layar Allah Subhana Wa Ta’ala. Jalan hidup insan mirip itu sudah ditetapkan semenjak zaman azali yaitu masa sebelum terjadinya sesuatu atau massa yang tidak bermulaan. Tidak seorang pun yang mengetahuinya.
C. Fungsi Iman Kepada Qadha’ dan Qadar
Allah SWT mewajibkan umat insan untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir), yang tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara lain :
a. Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta ialah yang kuasa Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut sanggup mendorong umat insan (umat islam) untuk melaksanakan usaha-usaha yang bijaksana, supaya menjadi umat (bangsa) yang merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di perolehnya itu akan di manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat.
b. Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau aturan alam. Kesadaran yang demikian sanggup mendorong umat insan (umat islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah mirip manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan insan kearah yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)
c. Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir sanggup menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini mirip daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan banyak sekali petaka mirip gempa bumi, gunung meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala umat insan sudah meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan insan yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).
d. Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu akan mempunyai sikap dan prilaku terpuji mirip sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan bisa memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, jelek sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian? Coba kau renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
e. Mendorong umat insan (umat islam) untuk berusaha supaya kualitas hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Umat insan (umat islam) jikalau betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di dunia yang sebenar ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi insan yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya insan ialah yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).
D. Ciri-Ciri Orang Yang Beriman Kepada Qadha dan Qadar
Seorang muslim yang percaya akan adanya ketentuan Allah swt pastinya mempunyai tingkat ketaatan yang tinggi. Karena ketentuan Allah swt menyangkut hidup di dunia dan di akherat. Adapun ciri-ciri orang yang beriman kepada qada dan qadarnya Allah swt ialah :
a. Mentaati perintah Allah swt dan menjauhi serta meninggalkan segala larangan Allah swt
b. Berusaha dan bekerja secara maksimal
c. Tawakkal kepada Allah swt secara menyeluruh dan berdoa
d. Mengisi kehidupan di dunia dengan hal-hal positif untuk mencapai kebahagiaan hidup di akherat
e. memperhatikan dan merenungkan kekuasaan dan kebesaran Allah swt
f. bersabar dalam menghadapi cobaan
E. Hikmah Beriman kepada Qadha dan qadar
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak nasihat yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
a. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila menerima keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian
Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kau meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).
b. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu ialah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia gampang berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebetulnya ialah ketentuan Allah. Allah Subhana Wa Ta’ala berfirman:
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah gosip wacana Yusuf dan saudaranya dan jangan kau berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
Dan Rasulullah pun bersabda :
Artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim No.91 )
c. Memupuk sifat optimis dan ulet bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak tiba begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh karena itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan ulet bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu. Allah Subhana Wa Ta’ala Berfirman:
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kau melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat oke (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kau berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)
d. Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, karena ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. Allah Subhana Wa Ta’ala Berfirman:
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang hening lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku. ( QS. Al-Fajr ayat 27-30)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap optimis,tidak gampang putus asa, karena yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah akan menawarkan yang terbaik kepada seorang muslim,sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena itu,jika kita tertimpa musibah maka ia akan bersabar,sebab jelek berdasarkan kita belum tentu jelek berdasarkan Allah, sebaliknya baik berdasarkan kita belum tentu baik berdasarkan Allah. Karena dalam kaitan dengan takdir ini seyogyanya lahir sikap sabar dan tawakal yang dibuktikan dengan terus menerus berusaha sesuai dengan kemampuan untuk mencari takdir yang terbaik dari Allah.
B. Saran
Keimanan seseorang akan besar lengan berkuasa terhadap perilakunya sehari-hari.Oleh karena itu, penulis menyarankan supaya kita senantiasa meningkatkan kepercayaan dan takwa kita kepada Allah Subhana Wa Ta’ala agar hidup kita senantiasa berhasil berdasarkan pandangan Allah Subhana Wa Ta’ala. Juga keyakinan kita terhadap takdir Allah senantiasa ditingkatkan demi meningkatkan amal ibadah kita. Serta Kita harus senantiasa bersabar,berikhtiar dan bertawakal dalam menghadapi takdir Allah
DAFTAR PUSTAKA
Ahyadi. 2009. Bahan Kuliah PAI. Sumedang: PG PAUD STKIP UNSAP.
Muhammad Nur. 1987. Muhtarul Hadis. Surabaya: Pt. Bina Ilmu.
Miftah Faridl. 1995. Pokok-pokok Ajaran Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.
Syed Mahmudunnasir. 1994. Islam, Konsepsi dan Sejarahnya. Bandung: Rosdakarya.
Toto Suryana, Dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara.
Faiz. Muhammad. 2017. [Online] https://raytecho.blogspot.com//search?q=makalah-iman-kepada-qadha-dan-qadar [01-Nopember-2019]
Andri. 2013. [Online] https://raytecho.blogspot.com//search?q=makalah-iman-kepada-qadha-dan-qadar [01-Nopember-2019]