Sistem Ekskresi Pada Manusia: Ginjal (Urinaria) - Raytecho -->
Latest Update
Fetching data...

Selasa, 29 Maret 2016

Sistem Ekskresi Pada Manusia: Ginjal (Urinaria)

Ekekresi ialah proses pengolahan dan pengeluaran zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai lagi dan akan membahayakan badan kalau tidak dibuang. Sistem ekskresi pada insan terdiri dari 4 organ dasar, yaitu: Ginjal, Hati, Paru-paru, dan Kulit. Pembahasan kali ini akan berfokus pada sistem urinaria atau sistem ekskresi yang menghasilkan urin (air seni) dengan organ utamanya berupa ginjal. Pembahasan Hati, Paru, dan Kulit silakan klik di sini.

Gambar 1. Skema Sistem Ekskresi


STRUKTUR GINJAL

Sistem urinaria merupakan sistem eksresi utama. Sistem ini dijalankan oleh organ yang disebut ginjal. Ginjal berbentuk ibarat kacang merah, dengan ukuran sekepalan tangan, berjumlah sepasang (kanan dan kiri), terletak di pinggang kepingan belakang. Dalam menjalankan fungsinya, ginjal tidak bekerja sendiri, ginjal hanya berfungsi untuk memproduksi urin, sedangkan pengeluarannya melalui susukan keluar ginjal yang terdiri dari ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal dibagi dalam 3 bagian, korteks (kulit), medula (sumsum), dan pelvis.

Gambar 2. Ginjal Manusia, sumber: biology 9th edition (Campbell, et. al.)


Korteks (Kulit Ginjal)

Korteks ginjal ialah lapisan terluar ginjal. Lapisan ini dipenuhi oleh pembuluh darah dan saluran-saluran halus yang disebut dengan Nefron. Pada kepingan ini terdapat gulungan pembuluh darah kapiler yang disebut dengan Glomerulus. Glomerulus dibungkus oleh pangkal Nefron yang disebut Simpai Bowman, struktur ini disebut Badan Malphigi. Selain Badan Malphigi, susukan Nefron yang berada di wilayah korteks mencakup Tubulus Proksimal dan Tubulus Distal. Korteks berperan penting dalam penyaringan darah dan absorpsi zat berkhasiat dari dalam urin.

Medula (Sumsum Ginjal)

Medula merupakan lapisan ginjal yang berada di tengah-tengah. Medula mengisi sebagian besar ginjal, dan merupakan wilayah yang penting bagi proses pemekatan urin. Medula berbentuk segitiga tumpul, dan berisi kelanjutan saluran-saluran Nefron dari korteks. Namun tidak semua susukan Nefron masuk ke Medula. Nefron yang menembus Medula disebut dengan Nefron Jukstamedulari, sedangkan Nefron yang hanya ada pada Korteks disebut dengan Nefron Kortikal. Saluran Nefron Jukstamedulari yang berada pada kepingan medula hanya ada 2, yaitu Lengkung Henle dan Duktus Pengumpul.


Pelvis Renalis

Pelvis renalis merupakan muara dari banyak sekali duktus pengumpul dari seluruh medula ginjal.FUngsinya ialah menghubungkan ginjal dengan susukan keluar ginjal. Pelvis Renalis menyambung dengan ureter.

Gambar 3. Korteks dan Medula Ginjal, sumber: biology 9th edition (Campbell, et. al.)


Ureter

Ureter merupakan susukan berbentuk pipa yang merupakan kelanjutan dari pelvis renalis. Ureter berjumlah sepasang dan bermuara di sebuah kandung kemih.

Kandung Kemih (Vesika Urinaria)

Kandung kemih merupakan sebuah kantung penampungan sementara yang terkahir bagi urin sejati sebelum dikeluarkan ke lingkungan melalui uretra. Kandung kemih mempunyai dua susukan masuk (ureter) dan satu susukan keluar (uretra).

Uretra

Uretra merupakan susukan keluar terakhir urin sejati. Uretra berupa susukan dengan dinding cukup lentur untuk mengembang dan menyusut ketika dilewati urin. Hal ini dikarenakan uretra dilapisi epitel kubus berlapis transisional. Pada laki-laki, uretra juga berfungsi sebagai susukan reproduksi.

FUNGSIONALITAS GINJAL: NEFRON

Fungsi pembentukan urin dilakukan oleh unit fungsional ginjal yang disebut dengan Nefron. Nefron merupakan saluran-saluran halus yang berpangkal pada gulungan pembuluh darah di kepingan korteks ginjal, dan bermuara pada pelvis renalis.

Gambar 4. Nefron dan Bagiannya, sumber: biology 9th edition (Campbell, et. al.)



Nefron mempunyai beberapa kepingan dimana setiap bagiannya mempunyai fungsi masing-masing. Kelima kepingan tersebut dan fungsinya ialah sebagai berikut:

Glomerulus: Filtrasi / Penyaringan Darah

Glomerulus, ibarat klarifikasi awal, merupakan gulungan pembuluh darah yang dibungkus oleh simpai Bowman. Glomerulus mempunyai fungsi untuk menyaring darah (filtrasi) dengan mencegah molekul besar ibarat protein, lemak, dan polisakarida masuk ke dalam urin dan meloloskan molekul kecil ibarat asam amino, glukosa, dan garam mineral. Dengan adanya fungsi ini, maka sangat mustahil, secara normal, ditemukan adanya darah dalam urin. Cairan hasil filtrasi glomerulus yang masuk ke dalam susukan nefron disebut urin primer.

Tubulus Proksimal: Reabsorbsi / Penyerapan Kembali Molekul Berguna

Urin primer hasil filtrasi glomerulus selanjutnya memasuki susukan yang disebut dengan Tubulus Proksimal (TKP). Urin primer yang masih mengandung molekul kecil yang, mungkin, masih diharapkan badan harus dijernihkan dengan menyerap kembali molekul-molekul tersebut (Reabsorbsi). Molekul yang diserap kembali itu ialah Asam bikarbonat, Air, NaCl, Nutrients (glukosa, asam amino, vitamin, dll), dan ion K. Setelah semua molekul itu diserap, maka urin berada dalam keadaan paling jernihnya, urin ini disebut urin sekunder.

Gambar 5. Nefron dan Proses yang Terjadi, sumber: biologi 9th edition (Campbell, et. al.)


Lengkung Henle: Bagaimana Kepekatan Urin Diatur

Lengkung Henle merupakan susukan Nefron yang mempunyai susukan turun dan susukan naik dengan lengkungan di kepingan dasarnya. Lengkung Henle mempunyai fungsi mengatur kepekatan urin. Urin skunder dari Tubulus Proksimal mempunyai kejernihan yang tinggi, sehingga sangat encer. Ketika memasuki susukan menurun lengkung Henle, urin sekunder dipekatkan dengan menyerap air yang tersisa, sehingga kondisi kepekatan maksimal pada dasar lengkung Henle. Kemudian, ketika urin sekunder memasuki susukan naik lengkung Henle, urin sekunder akan kembali diencerkan dengan menyerap kembali NaCl yang masih tersisa. Pada kepingan ini juga terjadi penambahan urea (sisa metabolisme asam amino di hati), yang menimbulkan urin berbau khas (pesing). Sampai diujung lengkung Henle, urin sekunder berada pada kondisi yang paling encer.

Tubulus Distal: Augmentasi / Sebuah Mekanisme Penghematan Air

Urin sekunder dari lengkung Henle akan memasuki Tubulus Distal. Pada tubulus ini, urin sekunder mengalami augmentasi, yaitu diserap darinya air, NaCl, dan Asam bikarbonat. Secara khusus, proses ini disebut absorpsi air. Mekanisme ini ialah salah satu upaya, terakhir, bagi badan untuk mencegah kehilangan air berlebih. Namun, kalau kondisi air dalam badan melimpah, maka melalui proses ini juga air akan dibuang ke urin. Hasil dari augmentasi ialah urin sejati.

Gambar 6. Pemekatan Urin, sumber: biology 9th edition (Campbell, et. al.)


Duktus Pengumpul: Saluran Temu Nefron

Disebut Duktus Pengumpul bukan lantaran fungsinya menampung urin, melainkan lantaran menjadi susukan temu (kumpul) beberapa susukan nefron lainya. tidak banyak proses yang terjadi di sepanjang Duktus Pengumpul, melainkan hanya absorpsi air dan NaCl yang menimbulkan urin semakin pekat sempurna sesaat sebelum dimasukkan ke pelvis renalis untuk kemudian dikeluarkan dari badan melalui susukan keluar ginjal.

GANGGUAN YANG BERKAITAN DENGAN URINARIA

Glikosuria
Gangguan ini mempunyai tanda-tanda adanya glukosa di dalam urin. Keberadaan glukosa sanggup diketahui dengan mengamati bekas kemih di toilet atau WC, kalau terdapat semut yang mengerubunginya maka bisa dimungkinkan pemiliki urin menderita glikosuria. Glikosuria ialah penyakit yang disebabkan oleh kerusakan pada Tubulus Proksimal, sehingga menimbulkan absorpsi molekul kecil, utamanya glukosa, tidak bisa diserap kembali.

Albuminuria
Gangguan ini ditandai dengan adanya protein dalam urin. Protein utama dalam urin yang dimaksud ialah Albumin yang memang berada dalam darah. Secara normal, mestinya tidak perlu ada protein dalam urin, lantaran sudah disaring pada glomerulus (filtrasi). Namun, kerusakan glomerulus sanggup memungkinkan gangguan ini terjadi.

Poliuria
Secara normal, poliuria bukanlah gangguan. Hanya berupa pembiasaan fisiologis badan terhadap kelebihan cairan atau yang lain. Poliuria merupakan keadaan dimana seseorang terlalu banyak mengeluarkan urin. Hal ini sanggup dipicu oleh cuaca dingin, konsumsi obat atau komplemen (misalnya, vitamin), atau ketika kondisi badan melemah atau demam. Gejalanya ialah penderita akan mengalami kemih (buang air kecil) lebih sering atau lebih banyak dari biasanya.

Oligouria
Gangguan ini ialah kebalikan dari Poliuria, yaitu gangguan dimana urin yang dihasilkan sangat seidkit. Namun, oligouria mempunyai efek yang lebih serius, lantaran bisa menjadi indikasi kegagalan ginjal dalam meproduksi urin

Anuria
Anuria ialah bentuk gangguan yang sering terjadi jawaban kegagalan ginjal memproduksi urin. Hal ini sanggup terjadi sebagai gangguan lanjutan Albuminuria dan Oligouria. Anuria sangat berbahaya karena sanggup menimbulkan keracunan jawaban darah yang terkotori oleh urin (Uremia). Jika hal ini terjadi, maka penanggulangan dengan cara dialisis darah (cuci darah) ialah langkah yang bijak.

Nefritis
Nefritis ialah radang nefron jawaban benjol basil atau erosi oleh alkohol. Nefritis menimbulkan rusaknya susukan nefron, baik sementara atau permanen, yang menimbulkan proses pembentukan urin menjadi terganggu. Jika Nefritis terus berlanjut dan semakin parah, sanggup menimbulkan penyakit yang lebih berbahaya, ibarat gagal ginjal.

Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) sesungguhnya bukan gangguan pada urinaria. DM merupakan penyakit yang disebabkan badan tidak bisa menghasilkan insulin untuk menyerap glukosa dalam darah, sehingga kadar glukosa dalam darah sangat tinggi. Kadar glukosa yang sangat tinggi ini menimbulkan proses urinaria menjadi berat, terutama dalam reabsorbsi di tubulus proksimal. Karena terlalu banyaknya glukosa dalam urin, sehingga tidak memungkinkan semua glukosa diserap di tubulus proksimal, risikonya urin penderita DM mengandung glukosa. Gejalanya persis dengan Glikosuria, namun penyebabnya yang berbeda.

Diabetes Insipidus
Diabetes insipidus (DI) diakibatkan oleh ketidakmampuan badan menghasilkan hormon antideuretik (ADH). Hormon tersebut berkhasiat untuk meningkatkan permeabilitas tubulus distal, sehingga absorpsi air semakin ditingkatkan. Penderita DI akan kekurangan banyak ADH yang diperlukan, sehingga permeabilitas tubulus distal menurun, menimbulkan absorpsi air tidak terlaksana, sehingga urin menjadi encer dan banyak (volumenya). Gejalanya ibarat dengan poliuria, hanya saja DI lebih sistemik.

Demikian dulu materi biologi mengenai sistem eksresi pada insan khusus pada urinaria atau organ ginjal. Semoga materi ini bermanfaat bagi kalian semua. Akan lebih baik kalau kalian meninggalkan KOMENTAR dan men-SHARE artikel ini. Terima kasih.
Load comments